Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/04/2021, 12:41 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Munculnya reaksi negatif dari tubuh setelah mengonsumsi makanan tertentu bisa dijelaskan dengan dua kondisi, yakni alergi dan intoleransi.

Pada sejumlah kasus, kedua kondisi tersebut akan menimbulkan gejala yang hampir mirip. Padahal, alergi dan intoleransi memiliki perbedaan.

Jika kita mempunyai alergi, gejalanya cenderung jauh lebih parah dan terkadang mengancam nyawa, kata ahli alergi dan imunologi Mark Aronica, MD.

Karenanya kita perlu memahami perbedaan antara alergi dan intoleransi, supaya kita lebih siap menanganinya.

"Meskipun gejala alergi dan intoleransi mungkin tampak serupa, satu perbedaan yang jelas adalah bagaimana pengaruhnya terhadap tubuh Anda," kata Aronica.

"Alergi dimediasi oleh sistem kekebalan Anda dan dapat memengaruhi banyak organ. Sedangkan masalah pencernaan yang terisolasi biasanya mengarah pada intoleransi makanan, bukan alergi."

Tanda intoleransi makanan

Kita sering mendengar beberapa orang mengatakan makanan tertentu "tidak cocok".

Misalnya, orang tersebut mengatakan susu atau produk susu membuat perutnya kembung, jadi ia sama sekali menghindari produk susu.

Lalu, apa sebenarnya intoleransi makanan? Aronica membagikan penyebabnya di bawah ini.

  • Makanan dan bahan tambahan makanan.
  • Obat-obatan yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan, sakit kepala, dan pusing.
  • Bahan makanan tertentu dapat menimbulkan gejala seperti kram, diare, atau muntah dalam beberapa jam.

Salah satu contohnya adalah intoleransi laktosa yang sangat umum dan merupakan hasil dari kekurangan enzim, dan tidak dianggap sebagai alergi.

Baca juga: Apa yang Terjadi Jika Intoleransi Laktosa Tetap Minum Susu?

Tanda alergi

Ilustrasi alergi makanan Ilustrasi alergi makanan
Sebaliknya, gejala alergi jauh lebih intens ketimbang intoleransi makanan. Gejalanya bisa terjadi dalam 30 menit atau dua jam kemudian.

Jika kita memiliki alergi terhadap kacang atau kedelai, kita akan mengalami anafilaksis atau reaksi yang cepat dan parah.

Reaksi tersebut terjadi pada saat kita mengonsumsi makanan tertentu yang menyebabkan alergi, meski jumlahnya sedikit.

Inilah reaksi alergi makanan:

  • Ruam atau gatal-gatal.
  • Pembengkakan pada bibir, lidah atau tenggorokan.
  • Kesulitan bernapas atau mengi.

"Jika tidak segera diobati dengan epinefrin atau suntikan adrenalin, jenis reaksi ini terkadang berakibat fatal,” kata Aronica.

Baca juga: 10 Macam Alergi Aneh, dari Ponsel hingga Makeup

Hal-hal lain yang biasanya menyebabkan reaksi alergi yaitu:

  • Obat-obatan, termasuk penisilin dan antibiotik lainnya.
  • Racun serangga dari sengatan lebah atau tawon.
  • Faktor lingkungan seperti serbuk sari, jamur, debu, kucing dan anjing dapat menyebabkan alergi seperti dan asma tetapi tidak memicu anafilaksis.

Baca juga: 5 Makanan yang Harus Dihindari jika Anak Alergi Telur

Bawaan dari keluarga

"Pertanyaan umum yang saya dengar dari pasien adalah apakah alergi itu turun-temurun atau berkembang seiring waktu. Jawaban mudahnya adalah keduanya," kata Aronica.

Risiko alergi lingkungan dan asma pada anak lebih tinggi jika salah satu atau kedua orangtua memiliki alergi atau asma.

Alergi biasanya muncul sejak masa kanak-kanak, terutama dari makanan seperti susu, kacang-kacangan, telur, dan kedelai.

Tapi terkadang, alergi lainnya bisa berkembang di kemudian hari, tutur Aronica.

Penelitian terbaru menunjukkan, pengenalan makanan yang berpotensi menyebabkan alergi seperti kacang tanah di awal kehidupan dapat mencegah perkembangan alergi kacang pada bayi yang berisiko tinggi.

Namun jika khawatir untuk memberikan makanan yang memicu alergi untuk menangkal perkembangan alergi pada bayi, bicarakan dengan ahlinya.

Di sisi lain, intoleransi terkadang bersifat genetik, tetapi dapat berubah seiring waktu dan bervariasi bahkan pada orang yang sama dengan makanan yang sama.

Salah satu contoh umumnya adalah intoleransi laktosa. Seiring bertambahnya usia, tubuh kita menghasilkan lebih sedikit enzim yang membantu mencerna laktosa dalam produk susu, kata Aronica.

Baca juga: Alergi Ibu Diturunkan pada Bayinya Selama Kehamilan

Mendiagnosis alergi dan intoleransi

Rumah sakit atau penyedia layanan kesehatan dapat membantu mengetahui apakah kita memiliki alergi atau intoleransi, dan membuat rencana untuk membantu mengendalikan gejala yang kita alami.

Tes alergi pada kulit dapat mengidentifikasi reaksi tubuh terhadap alergen. Tes darah akan menunjukkan peningkatan kadar antibodi alergi yang diproduksi oleh sistem kekebalan kita.

Namun, menentukan penyebab intoleransi makanan tidaklah mudah.

"Tidak ada tes kulit atau in vitro yang tervalidasi untuk membuktikan intoleransi," jelas Aronica.

"Diagnosis sebagian besar dibuat oleh riwayat pasien."

Aronica mengatakan, kita bisa memiliki gejala atau reaksi saat makan makanan tertentu dan gejala itu tidak muncul ketika kita berhenti mengonsumsinya.

Lalu, gejala itu kembali muncul saat makanan tersebut dimakan lagi, dan ini bagian dari proses penentuan untuk mengidentifikasi intoleransi makanan, menurut Aronica.

Aronica menganjurkan kita untuk mencatat jenis makanan yang dikonsumsi, waktu di mana kita mengalami reaksi negatif, dan seperti apa reaksi yang terjadi.

Jika suatu makanan atau bahan makanan terus-menerus membuat kita merasa tidak nyaman, kemungkinan itu adalah intoleransi makanan.

Baca juga: Perhatikan, 7 Gejala Alergi yang Mungkin Tak Disadari

Menangani reaksi terhadap alergi dan intoleransi

"Menghindar adalah metode pencegahan terbaik untuk mengendalikan sebagian besar alergi dan intoleransi," kata Aronica.

Dengan kata lain, hindari makanan dan minuman yang bisa mengganggu tubuh kita.

Obat dapat membantu kasus intoleransi yang lebih ringan. Untuk intoleransi laktosa, misalnya, obat-obatan yang dijual bebas dapat membantu kita menikmati makanan olahan susu seperti susu, keju, dan es krim, terang Aronica.

Sedangkan antihistamin seperti obat tetes mata, semprotan hidung, dan pil dapat membantu menghentikan bersin, mata gatal, dan hidung meler yang disebabkan oleh alergi lingkungan.

Baca juga: Bisakah Alergi Sebabkan Sakit Tenggorokan? Ini Penjelasan Dokter

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com