Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/05/2021, 12:25 WIB
Reni Susanti,
Wisnubrata

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – Pernahkah kamu membuat makanan, tapi hanya dalam beberapa jam atau satu hari makanan tersebut menjadi basi?

Jika pernah, bisa jadi penyebabnya karena proses pendinginan makanan yang tidak baik. Hal itu disampaikan Executive Chef Grand Hotel Preanger, Sigit Hendrawan.

“Kami sekali bikin sop buntut 30 kg, airnya kurang lebih 250 liter. Kalau kita tidak tahu teknik mendinginkannya, besoknya sop buntut itu akan asam,” ujar Sigit kepada Kompas.com dalam Iftar Ramadhan, Kamis (29/4/2021).

Sigit menjelaskan, dalam proses food safety yang dikeluarkan Hazard Analysis Critical Control Point (HAACP) ada yang namanya proses pendinginan makanan.

Jadi, makanan yang baru matang dan dalam suhu panas harus didinginkan agar kumannya tidak berkembang biak.

Makanan yang suhunya antara dingin dan panas inilah yang membuat asam.

“Biasanya, ibu-ibu kalau masak, begitu matang langsung ditutup. Ini yang membuat cepat asam. Seharusnya jangan ditutup, setelah dingin boleh ditutup,” tutur Sigit.

Ibu-ibu, sambung Sigit, bisa mempelajarinya dari warteg-warteg pinggir jalan. Meski sudah seharian, makanan warteg tidak basi.

Sebab mereka secara tidak sengaja menerapkan proses pendinginan yang ada dalam pembelajaran food safety HAACP.

“Warteg itu masak pagi. Makanan yang matang langsung disuguhkan tanpa ditutup. Jadi itu melalui proses cooling food, tercapai suhu (seharusnya),” beber dia.

Untuk mendinginkan makanan sampai turun ke 5 derajat, biasanya memerlukan waktu 4 jam.

Sigit menjelaskan bagaimana asal mula proses pendinginan HAACP. Saat itu di tahun 1989, para astronot Amerika Serikat mau berangkat ke luar angkasa.

Mereka berpikir bagaimana memberangkatkan makanan ke luar angkasa dengan rasa yang sama. Setelah diteliti, rahasianya ada pada suhu. Itulah mengapa ada proses pendinginan.

Baca juga: Cara Menyimpan Makanan agar Tak Mudah Basi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com