"Secara keseluruhan, hasilnya konsisten dengan rekomendasi diet saat ini untuk mengonsumsi sebagian besar lemak tak jenuh daripada lemak jenuh."
Demikian kata Frank B. Hu, profesor nutrisi di Harvard T.H. Chan School of Public Health dan penulis senior penelitian ini.
Baca juga: Mengenal 4 Jenis Keju Lezat
Jika benar-benar menyukai keju, alternatif lainnya adalah mengonsumsi mozarella dan feta, yang tidak terlalu berdampak buruk untuk lingkungan.
Cokelat memang digemari oleh semua kalangan, selain memang dipercaya dapat mempengaruhi mood seseorang, rasanya pun lezat.
Cokelat pun cocok untuk dikonsumsi langsung maupun diolah dengan bahan makanan lainnya.
Namun, kita akan berpikir dua kali untuk mengonsumsinya jika mengetahui dampak buruknya terhadap lingkungan.
Penelitian dari Forum Ekonomi Dunia mengungkapkan, industri cokelat komersial berkontribusi menyusutkan hutan hujan.
Industri ini pun mengeluarkan tingkat karbon dioksida yang signifikan ke atmosfer, dan berkontribusi pada perubahan iklim.
Selain penggundulan hutan yang disebabkan oleh penanaman biji kakao, sebagian besar batang cokelat dibuat dengan gula dan susu, dua penyebab lain yang kurang ramah lingkungan.
World Wildlife Fund (WWF) juga menemukan, budidaya gula berkontribusi terhadap penurunan kuantitas dan degradasi tanah, sementara industri susu membutuhkan 144 galon air untuk menghasilkan hanya satu galon susu.
Baca juga: Secangkir Cokelat Panas demi Jaga Kesehatan Jantung
Cokelat memang memiliki dampak kurang baik untuk lingkungan, namun cokelat memiliki manfaat untuk kesehatan.
Cokelat kaya akan bahan kimia nabati yang disebut flavanol.
Penelitian menunjukkan, produksi kopi mengeluarkan 17 kilogram karbon dioksida per kilogram produk.
Emisi ini disebabkan oleh pertanian, pengemasan, dan efek pada tanah.
Sedangkan permintaan pasar Indonesia terhadap kopi pun terus meningkat.