KOMPAS.com - Virus corona B.1.617.2 atau varian delta yang pertama kali ditemukan di India telah mendominasi pemberitaan setelah menyebar ke seluruh dunia, dan memicu lonjakan ekstrem kasus Covid-19.
Tidak hanya sampai di situ, varian ini juga bermutasi dengan memunculkan varian baru bernama "delta plus" yang mulai mengkhawatirkan para ahli kesehatan dunia.
Baca juga: Apa Itu Varian Delta Plus dan Bedanya dengan Varian Lain?
Bahkan, Public Health England (PHE) Inggris mencatat, berdasarkan pemindaian rutin kasus Covid-19 di negara tersebut, ditemukan beberapa kasus yang berasal dari mutasi K417N atau varian delta plus.
Sementara itu, pada 16 Juni, kasus varian delta plus juga telah diidentifikasi muncul di beberapa negara.
Negara-negara tersebut antara lain, Amerika Serikat, Kanada, India, Jepang, Nepal, Polandia, Portugal, Rusia, Swiss, dan Turki.
Sejak kemunculannya di Wuhan, China, pada akhir tahun 2019, virus corona telah bermutasi berulang kali, dan beberapa varian mengubah transmisibilitas, profil risiko, serta gejala virus.
Baca juga: Para Ahli Sebut Terlalu Dini Simpulkan Risiko Varian Delta Plus
Ada pun beberapa dari varian yang sekarang kita kenal yakni varian alfa, delta, dan delta plus.
Pada Rabu (23/6/2021), Kementerian Kesehatan India menemukan sekitar 40 kasus varian delta plus dengan mutasi K417N.
Pihak kementerian tersebut juga menginformasikan, varian delta plus memiliki karakteristik yang mengkhawatirkan.
Karakteristik tersebut antara lain, peningkatan penularan, pengikatan yang lebih kuat ke reseptor sel paru-paru, dan potensi pengurangan respons antibodi monoklonal.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.