Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/08/2021, 15:34 WIB
Sekar Langit Nariswari,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sistem pembelajaran online yang terpaksa harus dilakukan selama masa pandemi Covid-19 tak jarang memicu munculnya rasa frustasi pada anak maupun orangtua.

Anak-anak kini harus mengikuti kegiatan belajar secara online untuk menghindari infeksi virus Corona.

Pembelajaran dilakukan dengan bantuan gawai, jaringan internet dan peran serta orangtua dalam menyelesaikan kurikulum yang harus dipenuhi.

Baca juga: Cara Menghemat Kuota Zoom Saat Belajar Online

Sayangnya, kondisi ini membuat banyak orangtua kewalahan, khususnya di tengah kesibukan bekerja secara daring dan kecemasan akan pandemi yang tak juga berakhir.

Selain itu, sekolah online dinilai hanya menonjolkan kemampuan tertentu tanpa memberikan kesempatan pada potensi anak yang lain.

Tak heran jika ada anak yang merasa stres karena dipaksa mengikuti sistem yang tidak ideal ini.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi memberikan tanggapannya.

Dia mengatakan, belajar daring seharusnya memberikan pengalaman bermakna untuk anak tanpa terbebani kurikulum pendidikan.

"Saat ini kita harus fokus pada kurikulum kehidupan, bagaimana supaya anak bisa menghadapi pandemi."

Demikian kata Seto saat berbicara dalam konferensi pers virtual “Peluncuran Gerakan Sosial #Ayo Tunjuk Tangan, Dukung Kemajuan Anak Indonesia”, Senin (16/08/2021).

Baca juga: Aplikasi Belajar Ini Mudahkan Siswa Belajar Online

Orangtua harus mengatur agar saat ini anak dapat menumbuhkan karakternya dari dalam.

Menurut dia, proses belajar online seharusnya hanya memberikan pengalaman belajar kepada anak tanpa harus membebani.

"Anak harus gembira, bukan malah menjadi kekerasan terhadap anak atas nama pendidikan," ujar pria yang karib dipanggil Kak Seto itu.

Dia menegaskan, anak tidak boleh dipaksa apalagi jika memang tidak sesuai bakat dan kemampuannya.

Sebaliknya, orangtua sebaiknya mengoptimalkan bakat anak di luar kemampuan dasar sekolahnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com