Meskipun tidak banyak penelitian tentang ghosting, namun para psikolog telah lama meneliti masalah serupa, yakni pengucilan atau penolakan sosial melalui perlakuan diam (silent treatment).
Pengasingan dapat berdampak negatif pada pihak yang ditolak. Penelitian menunjukkan bahwa penolakan dapat memicu jalur yang sama di otak, seperti ketika menerima rasa sakit fisik.
Itulah mengapa, sejumlah penelitian menemukan bahwa ghosting adalah cara paling menyakitkan untuk mengakhiri suatu hubungan dibandingkan dikonfrontasi secara langsung.
Baca juga: Jangan Ucapkan 7 Kalimat Ini Ketika Memutuskan Hubungan dengan Pacar
Mengatasi segala jenis rasa kehilangan adalah hal yang sulit, termasuk dalam konteks ghosting.
Bahkan, sekalipun kita tidak terlalu mengenal si pelaku ghosting dengan baik, kita mungkin akan tetap merasakan kehilangan yang berat.
Sedangkan jika kita cukup dekat dengan mereka, respons yang disebabkan akan lebih besar atau emosional.
Beberapa hal yang bisa kita lakukan sebagai cara move on setelah jadi korban ghosting antara lain:
Pastikan setelah itu kita memiliki batasan, apakah kita memang ingin kencan dan mencari teman kencan? Ingin pasangan yang rajin mengecek keadaan kita?
Tetapkan batasan ini ketika nanti kembali bertemu orang baru. Kejujuran dan transparansi dapat membantu kita dan orang tersebut memiliki batasan yang jelas ketika membina relasi.
Ketika seseorang yang sedang dekat dengan kita tiba-tiba menghilang, berilah batas waktu. Misalnya, kita merasa lelah setelah tidak mendengar kabar mereka selama beberapa minggu atau sebulan, maka berilah mereka ultimatum.
Misalnya, kirim mereka pesan yang meminta mereka untuk menelepon atau memberi kabar.
Jika pesan tersebut tak dibalas, maka anggaplah hubungan itu sudah berakhir. Meski cara ini terdengar kasar, namun akan lebih mudah untuk mengakhiri hubungan atau memulihkan perasaan.
Ketika menjadi korban ghosting, tak perlu menyalahkan diri kita. Kita tidak punya bukti atau alasan yang cukup untuk menyimpulkan mengapa orang lain meninggalkan kita.
Jadi, jangan merendahkan diri sendiri karena akan menyebabkan luka emosional yang lebih parah.
Ketika menghadapi masalah, hindari lari ke zat terlarang. "Pemulihan" itu hanya bersifat sementara dan mungkin malah menyulitkan kita di kemudian hari.
Carilah teman atau keluarga tercinta dan habiskan waktu bersama mereka. Memiliki hubungan postifi dan sehat bisa membuat kita memandang situasi ghosting dengan perspektif yang baik.
Jika memiliki perasaan yang kompleks dan kesulitan menghadapinya sendiri, jangan ragu untuk menghubungi terapis atau konselor yang dapat membantu kita menemukan solusi dan memastikan kita lebih kuat dari sebelumnya.
Baca juga: 6 Cara Sehat untuk Move On Usai Jadi Korban Ghosting
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.