Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/09/2021, 10:14 WIB
Anya Dellanita,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

"Konsumen tertarik pada produk yang memiliki dampak positif pada kesehatan dan kesejahteraan,” kata Sukanyashri Kabali, analis konsumen di GlobalData.

Tren J-beauty juga berkembang di belahan dunia barat, teutama di Eropa dan Amerika Serikat.

Masyarakat di sana terlihat tertarik akan kandungan alaminya, seperti beras, air beras, kulit jahe atau getto, dan ashitaba.

Hal tersebut sepertinya sejalan dengan keinginan mereka untuk memadukan nutrisi, kesehatan, dan kecantikan kulit.

Selain itu, tren J-beauty juga memiliki filosofi mencegah, bukan memperbaiki. Filosofi ini memang tengah menjadi tren.

Salah satunya indiatornya, dapat terlihat dari booming-nya penggunaan prebiotik dalam kosmetik.

Baca juga: Mengapa Kosmetik Korea Laku di Indonesia?

Memang, banyak orang yang tidak lagi mencari cara untuk memperbaiki kerusakan kulit secara sistematis.

Tetapi, mencegahnya dengan tindakan dan rutinitasakan memuat kulit terhindar dari kerusakan.

Tradisi kuno

Lalu, seperti sudah disebutkan di atas, meski J-Beauty sangat bergantung pada sains serta kemajuan teknologi, J-beauty masih mempertahankan tradisi kuno.

Tradisi kuno itu hadir dalam fokus kosmetik Jepang yang berfokus pada pencegahan, khususnya dalam memerangi tanda-tanda penuaan, yang disebut kobido.

Kobido adalah teknik "pengangkatan wajah alami” yang mengandalkan serangkaian gerakan tepat yang ditawarkan oleh banyak ahli facial.

Baca juga: 6 Brand Fashion dari Korea yang Wajib Kamu Tahu

Bahkan, lembaga seperti spa Cinq Mondes, di Perancis pun menawarkan teknik kobido ini.

Intinya, memang pergerakan J-beauty dalam menguasai tren kecantikan khas Asia sudah terlihat.

Jadi, bukan tak mungkin J-beauty bakal benar-benar menggulingkan K-beauty pada suatu saat. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com