Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal "Fat Acceptance", Gerakan Pembela Hak Orang Gemuk

Kompas.com - 07/10/2021, 07:40 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Beberapa kasus diskriminasi yang menimpa orang-orang gemuk antara lain:

• Wanita gemuk menerima hukuman pidana yang lebih berat daripada wanita yang lebih kurus, mendapatkan gaji yang lebih rendah, dan kecil kemungkinannya untuk diterima di perguruan tinggi.

• Fatphobia adalah masalah global dalam praktik perawatan kesehatan, dengan dokter menahan pengobatan untuk orang-orang obesitas.

• Asumsi bahwa orang gemuk terlalu malas atau terlalu memanjakan berlaku dalam pengaturan perawatan kesehatan.

Banyak di antaranya juga kekurangan peralatan atau mesin yang tepat untuk memberikan perawatan yang sesuai pada pasien dengan tubuh yang lebih besar.

Orang gemuk juga mengatakan, dokter secara rutin mengabaikan masalah kesehatan mereka yang sah, menyalahkan masalah apa pun yang mereka miliki pada berat badan mereka.

Agresi mikro ini dapat menyebabkan orang yang lebih besar untuk melewatkan kunjungan medis sama sekali sampai keadaan darurat muncul.

Beberapa penyedia layanan kesehatan dan pendukung fat acceptance kemudian mendorong industri medis untuk mengambil pendekatan yang lebih baik terhadap masalah kesehatan orang gemuk.

Baca juga: 11 Model Baju untuk Orang Gemuk agar Terlihat Langsing

Para kritikus juga mengatakan, indeks massa tubuh (BMI) mengarah pada diagnosis yang salah dari penyedia layanan kesehatan karena tidak memperhitungkan massa otot, etnis, dan faktor lainnya.

Di samping itu, mereka berpendapat, memiliki BMI dalam kisaran normal tidak berarti bahwa seseorang itu sehat.

Di sisi lain, seseorang mungkin memiliki BMI yang kelebihan berat badan dan masih sehat secara keseluruhan.

Pandemi Covid-19 lebih menarik perhatian dalam konteks ini, karena laporan yang beredar menyebut orang yang obesitas lebih mungkin meninggal atau menderita komplikasi serius akibat virus corona.

Aktivis fat acceptance pun berpendapat bahwa temuan tersebut digunakan untuk lebih menstigmatisasi tubuh orang gemuk.

Orang gemuk juga mengalami bias di luar kesehatan, misalnya, menghadapi diskriminasi saat berbelanja pakaian di pengecer utama yang menjual pakaian dalam kisaran ukuran terbatas.

Meskipun pasar pakaian ukuran plus telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir, beberapa toko kerap memicu kontroversi dengan membebankan lebih banyak uang kepada pelanggan untuk ukuran yang lebih besar daripada ukuran yang lebih kecil.

Masih banyaknya orang gemuk yang menghadapi sejumlah hambatan di masyarakat menjadi alasan utama gerakan fat acceptance tetap hidup hingga saat ini, meskipun sudah dimulai sejak lebih dari 50 tahun yang lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com