KOMPAS.com - World Meteorological Organization (WMO) telah memeringatkan bahwa dalam beberapa tahun belakangan suhu bumi mengalami peningkatan, ditambah dengan naiknya permukaan air laut.
Perubahan iklim tentu membuat cuaca menjadi semakin tidak menentu dan berdampak pada kebutuhan pangan manusia yang sebagian besar masih bergantung pada alam.
Sejumlah pihak memprediksi makanan pokok suatu hari nanti bisa berkurang akibat efek perubahan iklim, karena dampak kekeringan dan musim hujan yang berulang.
Tak menutup kemungkinan di masa depan manusia akan mengonsumsi makanan dari hasil rekayasa.
Baca juga: Perubahan Iklim, Harga Pangan Cetak Rekor Tertinggi 10 Tahun Terakhir
Lalu, apa saja makanan yang terkena dampak dari pemanasan global? Berikut daftarnya.
Di urutan pertama ada nasi yang menjadi makanan pokok masyarakat Indonesia dan beberapa negara Asia.
Akibat pemanasan global, nasi dikhawatirkan akan terkontaminasi arsenik, senyawa kimia yang dihasilkan secara alami dalam kerak bumi.
Zat ini dapat ditemukan dalam air, udara dan tanah secara alami, dan juga digunakan sebagai bahan campuran pestisida.
Sebuah studi ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications pada tahun 2019 menunjukkan bahwa konsentrasi CO2 di atmosfer meningkatkan kadar arsenik, yang dilepaskan lebih banyak oleh mikroorganisme.
Baca juga: Arsenik, Elemen Paling Beracun yang Ada di Beras, Haruskah Khawatir?
Setiap kali sawah diairi, arsenik ini terakumulasi di biji padi yang akan dipanen.
Hal ini tentu menjadi masalah besar. Mengingat beras adalah tanaman sereal terbesar ketiga di dunia.
Selain itu, dampak negatif perubahan iklim juga memengaruhi kualitas gizi beras. Peneliti Amerika telah menemukan bahwa kandungan besi, seng dan vitamin (B9, B1, B2 dan B5) beras berkurang dalam lingkungan dengan konsentrasi karbon dioksida yang tinggi.
Ada pun, produksi beras menghasilkan antara 9 -11 persen emisi metana secara global.
Perubahan iklim yang ekstrem juga berdampak pada ladang gandum yang menjadi bahan dasar pembuatan pasta gandum.
Serikat Produsen Pasta Prancis telah membunyikan alarm tentang bahaya perubahan iklim.