Cara untuk memperbesar lingkaran kontrol kita adalah dengan menentukan setiap langkah kita sendiri.
Owning your narrative, yang berarti memiliki keyakinan (conviction) akan narasi kita sendiri, adalah jargon yang tepat untuk menggambarkannya. Sebab, apa yang kita narasikan atau ucapkan akan menjadi sesuatu yang menuntun setiap langkah yang akan kita tempuh.
Terkadang, kita terbiasa melabeli sesuatu di luar kendali kita dengan kata "harus". Seperti, "saya seharusnya melakukan ini".
Dengan mengubah pernyataan tersebut menjadi "saya memilih untuk melakukan ini," kita akan merasa lebih memiliki kontrol atas tindakan yang kita ambil sehingga lebih merasa berdaya.
Kesadaran akan hal-hal yang dapat kita kontrol dan tidak, akan membuat kita lebih bijaksana dalam mengelola energi dan waktu kita pula yang terbatas.
Dalam hal ini, dibutuhkan kemampuan untuk mengukur hal-hal yang harus kita perjuangkan dan yang tidak. Tidak semua perang, layak untuk dimenangkan.
Ada sebuah kutipan yang dipopulerkan oleh Seth Godin, penulis buku The Dip: A Little Book That Teaches You When to Quit (and When to Stick) yang menyatakan, "Winners quit all the time. They just quit the right stuff at the right time."
Sederhananya, maksud dari kalimat tersebut adalah seorang pemenang atau orang sukses, tahu kapan ia harus berhenti.
Berhenti berjuang tidak selalu berkonotasi negatif. Dengan berhenti atau sekadar memberi jeda pada diri sendiri, seseorang justru mendapat kesempatan untuk menilai apakah usaha dan strategi yang telah ia pilih menunjukkan hasil yang linear dengan ekspektasinya.
Kemudian, apa saja yang harus menjadi pertimbangan ketika menentukan kapan harus berhenti dan tidak?
Ketika segala upaya sudah dikerahkan, akan tetapi tidak menampakkan hasil yang signifikan, maka ini adalah sebuah peringatan. Percobaan tanpa henti yang tidak diimbangi dengan hasil yang positif dikhawatirkan akan berdampak pada tingkat stres yang berlebihan.
Stres adalah hal yang baik jika itu mendorong seseorang untuk bekerja keras dan menaikkan level kompetisinya. Namun, apabila melebihi batas yang wajar, kehadirannya justru dapat berimbas buruk, terutama pada kesehatan mental. Ada kalanya, perlu juga mengalibrasi ekspektasi kita terhadap pilihan-pilihan yang sudah kita jalani.
Berhenti berjuang dapat menjadi pengalaman paling dilematis karena harus meninggalkan kemajuan yang telah diupayakan dengan segenap waktu dan tenaga.
Namun, ada masa ketika seseorang perlu melepaskan keterikatan perasaan yang berlebihan agar dapat melangkah maju. Ketika berhenti, kesempatan untuk kembali bangkit dengan strategi yang baru masih terbuka lebar.
Sebagai kesimpulan, untuk mengetahui apakah perjuangan pantas dilanjutkan atau diberhentikan, nilailah situasi dengan penuh berkesadaran. Pertimbangkan pula kapasitas kesehatan mental serta fisik, lalu kembalilah dengan strategi baru.
Dengarkan perbincangan lebih lanjut mengenai topik ini di kanal siniar OBSESIF S3 Episode 2; Irma Erinda: Enlarge Your Circle of Control.
Irma Erinda, seorang purpose coach yang juga merupakan founder Purpose Finder akan memaparkan mengenai bagaimana cara untuk bangkit dari kegagalan lampau serta kaitannya dengan Circle of Control (lingkaran kontrol) dalam diri agar tidak tergoyahkan oleh kegagalan.
Dengarkan OBSESIF di Spotify atau platform pemutar audio favorit Anda lainnya. Klik di sini untuk mendengarkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.