Ia menerangkan, mimpi bisa cepat hilang karena disimpan dalam memori jangka pendek. Ini artinya, seseorang lebih mungkin untuk mengingat mimpi jika terbangun ketika mimpi sedang berlangsung.
Ini juga bisa menjadi alasan lain mengapa kita seolah-olah lebih banyak bermimpi selama pandemi Covid-19. Para ahli mengatakan, kecemasan menyebabkan lebih sering terbangun di larut malam.
Para ilmuwan masih memperdebatkan tujuan biologis dari bermimpi. Salah satu teori terkemuka adalah mimpi berperan dalam menyimpan kenangan penting.
Dalam mimpi, seseorang bisa menghubungkan beberapa peristiwa bermakna di hari tertentu.
Misalnya, ketika ia pernah bertengkar dengan teman atau punya kenangan baik bersama pasangan.
Baca juga: 6 Arti Mimpi Menikah, Maknanya Tak Selalu Baik
Dengan pengalaman sebelumnya yang pernah terjadi akan membantu otak mencari tahu di mana harus menyimpan kejadian baru ini.
Misalnya, jika seseorang mengalami disorientasi oleh perilaku teman yang tidak sesuai dengan karakternya, ia mungkin bermimpi sedang berkeliaran di hutan, tersesat tanpa harapan.
Para ahli juga percaya bahwa mimpi dapat membantu kita mengatasi emosi.
Matthew Walker, PhD, seorang profesor ilmu saraf dan psikologi di University of California Berkeley, menyebut mimpi sebagai "terapi satu malam".
Menurut penelitiannya, mimpi memungkinkan seseorang untuk menghidupkan kembali ingatan hari-hari ketika hormon stres secara alami sedang rendah.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.