Namun, di usia tersebut kualitas sel telur wanita sudah menurun, sehingga wanita yang hamil di atas usia 50 tahun perlu menggunakan sel telur donor.
Demikian dijelaskan Lauren Bishop, ahli endokrinologi reproduksi di Columbia University Fertility Center.
Menurut Bishop, wanita berusia di atas 50 tahun berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi seperti tekanan darah tinggi, preeklamsia, dan kelahiran prematur.
Oleh karenanya, dokter kandungan akan mengecek terlebih dahulu kondisi kesehatan wanita sebelum merencanakan kehamilan.
"Untuk memiliki bayi yang sehat, langkah pertama adalah memastikan kita memiliki ibu yang sehat," kata dia.
Baca juga: Melihat Risiko di Balik Kehamilan Usia Remaja
Carolyn pun mengaku sadar akan kondisi kesehatannya. Kehamilannya juga sudah mendapat lampu hijau dari spesialis kesuburan, dan terjadi tanpa komplikasi.
Dikatakan Carolyn, masa-masa di mana dia harus menunggu untuk memiliki anak membuat dia lebih hadir sebagai seorang ibu.
"Saya adalah manusia yang lebih baik pada usia 40-54 tahun daripada saat saya berusia 20-an atau 30-an," ujar Carolyn.
"Saya tidak dapat memberi tahu berapa banyak orang yang mengatakan agar saya tidak hamil. Intinya hal itu adalah sesuatu yang sangat diinginkan saya bersama suami," ungkap dia.
"Kami bekerja keras untuk melahirkan dia (Aliya), dan dia adalah impian kami yang menjadi kenyataan," kata Carolyn.
Baca juga: 2 Pilihan Kontrasepsi Pria yang Aman dan Efektif Cegah Kehamilan
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.