KOMPAS.com - Privilege memberikan keistimewaan berdasarkan identitas yang kita miliki, yang belum tentu didapatkan orang lain.
Privilege bisa berbentuk jenis kelamin yang kita miliki, tempat kelahiran, status finansial bawaan, ras, orientasi seksual, kewarganegaraan, dll.
Kita semua memiliki privilege masing-masing namun ada kalanya keistimewaan itu tidak berlaku dan bermanfaat untuk kehidupan.
Baca juga: Viral Debat Privilege Buat Hidup Lebih Mudah, Benarkah?
Orang seringkali tidak menyadari keistimewaan yang dimilikinya sehingga sulit mengenali privilege miliknya sendiri.
Mereka menganggap sebagai hal yang normal dan berlaku pada semua orang.
Tanpa disadari, hal tersebut menyinggung orang lain yang merasa lebih menderita atau kesulitan tanpa privilege tersebut.
Privilege merupakan hal yang berlaku secara sistematik dan telah berbaur dalam budaya manusia.
Sayangnya, keuntungan ini hanya bisa dirasakan orang yang berada dalam kelompok tertentu itu.
Sebaliknya, privilege bukan tentu kita sebagai suatu individu melainkan bagian kelompok sosial yang lebih besar dalam pandangan masyarakat.
Privilege tidak otomotis membuat hidup jauh lebih mudah sehingga kita tidak perlu bekerja keras.
Dikutip dari Very Well Mind, kita bisa mengetahui privilage yang dimiliki dengan metode intersectionality yang diperkenalkan tahun 1989 lalu.
Kimberle Crenshaw, pakar teori ras asal Amerika Serikat menciptakan istilah tersebut untuk menyoroti banyak atribut identitas seseorang.
Baca juga: Sejumlah Privilege Ratu Inggris, Punya ATM Pribadi hingga Kebal Hukum
Intersectionality menggambarkan berbagai faktor yang membuat seseorang mungkin dirugikan seperti jenis kelamin, ras, kewarganegaraan, orientasi seksual, dll.
Kita bisa mengetahui privilege yang dimiliki dengan merefleksikan identitas diri terkait intersectionality.