Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tes Antigen Positif, Segera Isolasi Diri, Jangan Keluyuran

Kompas.com - 08/02/2022, 14:51 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Tes molekuler, termasuk PCR, mencari bagian tertentu dari RNA virus. Dengan pengecualian beberapa opsi over-the-counter, tes diproses di lab.

Tes PCR mampu mendeteksi potongan-potongan kecil dari materi genetik virus dengan menyalin apa pun yang mengambang di sekitar sampel.

Hal itu dijelaskan oleh dr. Marie Louise Landry, Direktur Laboratorium Virologi Klinis di Rumah Sakit Yale New Haven.

“PCR dapat mendeteksi tingkat RNA virus yang sangat rendah selama berminggu-minggu dan bahkan berbulan-bulan setelah infeksi, ketika seorang pasien tidak lagi menularkan," ujar dr. Marie.

Isolasi mandiri selama lima hari

Akhir Januari lalu, Presiden Joko Widodo meminta masyarakat yang terinfeksi Omicron untuk isolasi mandiri selama lima hari jika tidak merasakan gejala.

Arahan Presiden Jokowi itu juga sama dengan rekomendasi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS yang memberlakukan masa isolasi selama lima hari.

Lalu, kenapa harus isoman harus selama itu?

Terdapat sebuah studi pendahuluan yang dapat menjawab pertanyaan tersebut.

Bahwa ketika pemain dan staf NBA diuji ditemukan 70 orang yang terinfeksi Omicron.

Baca juga: Jokowi: Jika Terpapar Omicron Segera Isoman, Minum Obat, Tes Lagi Setelah 5 Hari

Pada hari ke-5 setelah tes positif pertama mereka, sekitar 40 persen dari mereka kemungkinan masih menularkan.

“Yang kami rekomendasikan adalah antara hari ke-5-10, kita dapat melakukan tes antigen. Jika positif, kita tetap diisolasi hingga hari ke-10,” ungkap Binnicker.

Sementara itu, Jasmine Reed dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS menyarankan tes antigen dilakukan pada akhir isolasi lima hari jika gejala telah membaik.

“Jika hasil tes positif, kita harus terus mengisolasi diri hingga hari ke-10,” kata dia.

Wroblewski menambahkan, yang terpenting dari bahaya penularan adalah ketika seseorang tidak mengacuhkan kondisi orang lain.

“Kalau demam tinggi dan batuk, jangan menjenguk orang. Saya merasa seperti kita entah bagaimana melupakan bagian itu," ucap dia.

“Jangan terlalu menekankan tes dan teknologi sehingga kita melupakan  dasar: jika kita sakit, tetap di rumah.”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com