Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tes Antigen Positif, Segera Isolasi Diri, Jangan Keluyuran

Kompas.com - 08/02/2022, 14:51 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Dia mengatakan, sangat kecil kemungkinan seseorang yang dinyatakan positif Covid-19 melalui tes antigen, adalah orang yang tidak menularkan virus mati dalam jumlah besar.

Ada beberapa alasan untuk hal ini:

Menurut Infectious Diseases Society of America, keuntungan utama dari tes antigen adalah alat yang digunakan agak tumpul untuk mendeteksi virus.

Oleh sebab itu, hasil positif cenderung menandakan orang tersebut memiliki viral load yang tinggi, terutama jika muncul gejala.

Baca juga: Tes PCR atau Antigen, Mana Lebih Baik dari Sisi Medis?

Kedua, dibutuhkan sejumlah besar bahan virus agar hasilnya positif pada tes antigen.

Sehingga, seseorang membutuhkan virus mati tingkat tinggi yang ada di hidung atau tenggorokan, dan biasanya itu menandakan virus hidupnya pun tinggi juga.

Ketiga, jika seseorang memiliki virus mati pada tingkat yang tinggi, kuantitas saja tidak akan cukup untuk memicu tes antigen menjadi positif.

Sebab, protein virus cenderung kehilangan bentuknya setelah melawan sistem kekebalan yang dapat membuat virus tidak terdeteksi oleh tes antigen.

Sam Dominguez, seorang dokter penyakit menular pediatrik mengatakan bahwa di dalam laboratorium, tes antigen mendeteksi sedikit virus mati.

Ilmuwan yang didanai oleh AS juga melakukan hal itu untuk memeriksa apakah tes antigen dapat mendeteksi Omicron.

Namun, lanjut Dominguez, kemungkinan virus mati untuk memicu tes antigen positif tergolong rendah, dibanding pemeriksaan laboratorium.

Kebingungan

Kebingungan seputar menafsirkan hasil tes sebagian besar berasal dari ada banyak pilihan tes yang tersedia.

Namun, tidak ada cara yang mudah untuk mengukur apakah seseorang benar-benar bisa menularkan.

“Saya berharap ada. Tidak ada tes yang kita miliki untuk memantau potensi penularan," ujar Binnicker.

Pilihan terbaik adalah mengambil sampel pasien, memasukkannya ke dalam cawan sel hidup yang berkembang, dan melihat apa yang terjadi pada sel sehat.

Jika ada virus hidup, kata Dirk Dittmer, ahli virologi di University of North Carolina-Chapel Hill, maka sel-selnya akan mati.

Tetapi proses yang rumit ini memakan waktu sekitar tiga hari, dan hanya dapat dilakukan di laboratorium yang dapat menangani patogen semacam itu, sehingga tidak praktis.

Baca juga: Jangan Sembarangan Tes Swab Antigen Covid-19 Sendiri, Kenali Bahayanya

Sebaliknya, tes yang paling banyak tersedia bergantung pada metode yang sama sekali berbeda.

Tes tersebut terbagi dalam dua kategori, biasanya disebut tes molekuler dan tes antigen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com