Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/04/2022, 14:47 WIB
Anya Dellanita,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Saat anak melakukan sesuatu yang baik, biasanya orangtua akan memujinya dengan mengatakan, “Wah, kamu pintar banget!”

Namun, apakah memuji anak dengan kata “pintar” itu baik untuk perkembangan dan self-esteem anak?

Justru sebaliknya.

Sebuah penelitian yang diterbitkan di Journal of Personality and Social Psychology menunjukkan bahwa memuji anak dengan kata “pintar” dan bukan memuji usaha anak, kerap diasosasikan dengan konsekuensi negatif,

Pertama, penelitian menemukan bahwa, ketika anak dipuji dengan kata "pintar," ia cenderung kurang tertarik pada proses pembelajaran dan lebih tertarik pada kinerja dirinya sendiri dan orang lain, berbeda dengan anak-anak yang dipuji atas usahanya.

Selain itu, ketika menghadapi kegagalan, anak yang dipuji karena “pintar” cenderung menyalahkan dirinya karena tidak cukup pintar. Akhirnya, ia akan lebih mudah tergoda untuk menyerah begitu saja.

Di sisi lain, anak yang dipuji karena kerja kerasnya cenderung menyimpulkan bahwa ia hanya perlu bekerja lebih keras ketika dirinya gagal.

Artinya, anak cenderung lebih gigih.

Anak yang dipuji dengan kata “pintar” juga cenderung melihat kecerdasan sebagai sesuatu yang tidak dapat diubah, sementara anak yang dipuji karena “kerja keras” lebih termotivasi untuk terus belajar atau berusaha menjadi lebih baik.

Bahkan, anak yang dipuji "pintar" lebih berpotensi menyontek.

Baca juga: Jangan Hanya Memuji Anak Cantik atau Pintar

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Li Zhao dari Hangzhou Normal University dan Gail Heyman dari University of California, ditemukan bahwa anak yang disebut “pintar” lebih mungkin menyontek dibanding anak yang dipuji karena performanya (misalnya, “Kerjamu bagus hari ini!”) atau tak dipuji sama sekali.

Kedua peneliti itu berspekulasi bahwa anak yang dipuji dengan kata “pintar” merasa lebih tertekan untuk mempertahankan reputasinya.

Akibatnya, ia mencontek agar tetap disebut “pintar.”

Dalam penelitian yang diterbitkan di jurnal Developmental Science pada tahun 2019, ditemukan bahwa anak akan lebih sering mencontek hanya karena ia mendengar orang lain disebut pintar.

Jadi, cobalah untuk tidak melabeli anak dengan “pintar” atau kata-kata lain yang merujuk pada kemampuannya, seperti “atletik,” “berbakat,” “kreatif,” dan lain-lain.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com