Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/05/2022, 20:30 WIB
Gading Perkasa,
Sekar Langit Nariswari

Tim Redaksi

Mereka menambahkan, gangguan pada tidur gelombang lambat atau tidur nyenyak (deep sleep) dapat memicu penurunan kognitif.

Tidur nyenyak yang terganggu akan memengaruhi konsolidasi memori dan menyebabkan penumpukan amiloid --protein abnormal yang biasanya diproduksi di sumsum tulang dan disimpan dalam jaringan atau organ.

Penumpukan amiloid, atau juga disebut amiloidosis berisiko mengakibatkan kusut otak, salah satu karakteristik dari beberapa bentuk demensia.

Baca juga: Waspadai, Kurang Tidur Picu Kenaikan Gula Darah pada Remaja

Kurang tidur atau tidur berlebihan bisa menjadi faktor risiko penurunan kognitif di masa tua.

"Kami tidak dapat menegaskan terlalu sedikit atau terlalu banyak tidur menyebabkan masalah kognitif," jelas Jianfeng Feng, ilmuwan otak dan profesor di Fudan University.

"Namun analisis kami tampaknya mendukung gagasan ini."

"Alasan mengapa orang tua memiliki tidur yang lebih buruk terlihat kompleks, dipengaruhi oleh kombinasi susunan genetik dan struktur otak kita."

Durasi tidur memengaruhi struktur otak

Para peneliti juga melihat pencitraan otak dan data genetik, tetapi data tersebut dilihat pada kurang dari 40.000 peserta.

Data itu menunjukkan, waktu tidur dapat dikaitkan dengan perbedaan struktur daerah otak seperti hipokampus dan korteks precentral.

Hipokampus merupakan pusat memori dan pembelajaran otak, sedangkan korteks precentral atau korteks motorik primer adalah struktur yang terlibat dalam melaksanakan gerakan motorik secara sadar.

Baca juga: Membongkar 5 Mitos tentang Tidur

Risiko alzheimer dan demensia, penyakit yang disebabkan oleh gangguan kognitif dikaitkan dengan durasi tidur.

Maka dari itu, para peneliti mengatakan perlunya mengkaji lebih dalam studi menyangkut ilmu tidur.

"Menemukan cara untuk meningkatkan kualitas tidur bagi orang tua sangat penting dalam membantu mereka menjaga kesehatan mental dan kesejahteraan dan menghindari penurunan kognitif," kata Sahaikan.

"Terutama untuk pasien dengan gangguan kejiwaan dan demensia."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com