Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/05/2022, 10:10 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber Eat This

KOMPAS.com - Beragam studi mengenai hubungan antara diet intermiten dengan penurunan berat badan sudah banyak dibahas.

Hasil sebagian besar studi relatif sama, diet intermiten dinilai bisa membantu penurunan berat badan.

Satu studi dalam Annual Review of Nutrition menemukan, diet puasa ini membantu peserta meningkatkan penurunan berat badan dan metabolisme tubuh.

Juga, peserta dapat membatasi berapa banyak asupan kalori yang dikonsumsi.

Temuan lain dalam studi yang diterbitkan di International Journal of Food Properties mencatat, diet intermiten berpotensi meningkatkan kemampuan individu untuk menangani stres oksidatif dan mengurangi peradangan.

Baca juga: Mengenal Puasa Intermiten dan Manfaatnya untuk Kesehatan

Namun rupanya, ada sisi negatif yang terungkap dari diet ini.

Studi yang dimuat dalam jurnal Frontiers in Nutrition menunjukkan, peserta yang mengikuti pola diet ini biasanya mengalami sakit kepala yang lebih sering.

Sakit kepala itu khususnya dialami peserta pada fase awal mereka menyesuaikan diri dengan pola makan intermiten.

Studi lain yang dipublikasikan dalam jurnal PLoS One mencatat, diet intermiten dapat menyebabkan masalah pencernaan, seperti sembelit dan diare.

Adapun temuan lain juga membuktikan, diet intermiten memengaruhi pelaku diet yang ingin meningkatkan massa otot.

Studi di JAMA Network menggali bagaimana pola makan dengan batasan waktu seperti diet intermiten memengaruhi penurunan berat badan pada peserta dengan obesitas dan kelebihan berat badan.

Baca juga: Melihat Kelebihan dan Kekurangan dari Diet Intermiten

Para peserta diminta untuk makan dalam jeda waktu siang hari hingga pukul delapan malam setiap hari, namun tidak ada batasan mengenai apa yang boleh mereka konsumsi.

Peneliti yang mengerjakan studi tersebut melihat, diet ini tidak memberikan pengaruh secara langsung terhadap berat badan peserta selama penelitian.

Hanya saja, kelompok yang berhasil menurunkan berat badan mengalami kehilangan massa tanpa lemak atau juga disebut massa otot.

Hasil studi kemungkinan akan berbeda jika peserta menerapkan diet yang lebih ketat atau menghitung kalori, di luar berpuasa.

Diet intermiten tanpa membatasi asupan makanan tertentu bisa menjadi mimpi buruk bagi mereka yang ingin menambah massa otot sembari membakar lemak di tubuh.

Harvard Medical School memeriksa studi tersebut dan mencatat, setiap individu yang mengikuti diet intermiten memerlukan bimbingan terkait nutrisi dan melakukan latihan khusus untuk mendapatkan hasil yang nyata.

Selain itu, Harvard Medical School juga menyatakan, tanpa latihan ketahanan atau diet yang tepat seperti diet Paleo atau diet Mediterania, diet intermiten berpotensi tinggi berakhir dengan kegagalan.

Baca juga: Benarkah Diet Intermiten Mengurangi Massa Otot?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Eat This
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com