KOMPAS.com - Seiring berjalannya waktu perhiasan tidak sebatas item untuk mempercantik penampilan.
Lebih dari itu, perhiasan dengan beragam jenisnya telah menjelma menjadi aset yang berharga.
Tidak mengherankan apabila banyak wanita -termasuk pria- ingin membelinya untuk investasi.
Namun, berinvestasi dengan perhiasan tidak bisa asal-asalan. Apalagi bagi orang awam yang belum pernah berinvestasi sebelumnya.
Agar tidak keliru, Kepala Departemen Perhiasan Rumah Lelang Sotheby's Asia, Hong Kong, Ragine Ngan, punya saran yang bisa diikuti.
Saran ini khususnya untuk perhiasan dengan batu-batu permata, bukan sekedar emas.
Dengan begitu, kita bisa memilih perhiasan untuk fesyen sekaligus aset. Mau tahu?
Walau dibeli untuk investasi, membeli perhiasan sebaiknya disesuaikan dengan selera pribadi.
"Yang paling penting adalah memilih jenis pernak-pernik apa yang menarik untuk diri sendiri."
Ia menambahkan, kita sebaiknya melihat perspektif yang kuat dari kolektor perhiasan, seperti Duchess of Windsor alias Wallis Simpson atau Elizabeth Taylor.
Baca juga: Keistimewaan Mahkota Ratu Elizabeth yang Berhias Berlian Koh-i-Noor
Memilih perhiasan bisa disesuaikan juga dengan zaman. Misalnya, jika kita menginginkan pernak-pernik mewah ala masa Art Deco (1920-1930-an), Belle Poque (akhir abad ke-19, atau Disco Days (tahun 1970-an).
Apabila belum memahami apa keotentikan dari ketiga contoh tersebut, tidak ada salahnya menjatuhkan pilihan pada perhiasan bikinan merek ternama atau yang sudah dikenal.
Untuk kelas dunia, sebut saja Bvlgari, Cartier, Tiffany & Co, atau Van Cleef & Arpels. Sedangkan untuk brand dalam negeri, ada banyak pilihan. Opsi ini bisa menjadi pilihan yang cerdas secara finansial.
Lantaran perhiasan yang terdaftar pada merek akan lebih mudah dijual ketimbang barang antik -yang mungkin masih perlu dipastikan keasliannya.
Keunikan menjadi kualitas yang esensial bagi perhiasan. Dan keunikan merupakan komponen inti.