"Saya akan menginformasikan tanggal saya kembali dan menuliskan 'jika ada keadaan darurat --seperti pasien mengalami pendarahan atau nyeri dada-- tolong hubungi saya'," kata Nayyar.
Namun untuk urusan yang tidak terlalu mendesak, lanjut Nayyar, kita bisa meminta seseorang agar mencari bantuan dari orang lain.
"Jika kamu dapat menghubungi orang lain dalam tim, saya meminta kamu untuk melakukan itu," tutur dia mencontohkan.
Di awal pandemi, Nayyar merasa harus melakukan segala sesuatu setiap saat.
"Saya merespons segala masalah ketika sedang tidak bekerja, lalu tim akan memberi tahu saya bahwa masalah itu bukan keadaan darurat dan mereka bisa menanganinya. Itu membantu saya," ungkap Nayyar.
Ketika sedang tidak bertugas namun mendapat panggilan dari kantor, ia menyarankan untuk mengatakan "saya rasa kamu sudah bisa menanganinya. Kamu tidak membutuhkan saya. Saya akan berbicara denganmu minggu depan."
Sejak usia 25 tahun, Nayyar sudah memahami betapa pentingnya mengambil cuti atau waktu istirahat (time off).
"Jika kita menunggu untuk pergi liburan tiga bulan dari sekarang, itu waktu yang lama," terangnya.
Waktu istirahat tidak harus berupa liburan mewah ke suatu tempat. Cara termudah adalah dengan mematikan perangkat elektronik saat beristirahat.
"Waktu istirahat bisa antara jam makan siang dan rapat kita berikutnya. Bisa waktu makan malam kita bersama keluarga," catat Nayyar.
"Olahraga singkat dapat sangat bermanfaat, entah itu meditasi dua menit atau peregangan. Luangkan waktu untuk diri sendiri."
Baca juga: Inilah Tanda-tanda Kamu Harus Istirahat
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.