Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baby Blues Vs Depresi Pascapersalinan, Kenali Perbedaannya

Kompas.com - Diperbarui 17/02/2023, 15:32 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

"Jadi, jika Anda merasa seperti itu, ketahuilah bahwa Anda tidak sendirian dan itu sangat normal," tegas Dokter Newlin.

Baca juga: Riset Ungkap Kaitan Ibu Depresi dan Anak Rewel

Tingkat keparahan dan intensitas waktu menjadi pembeda utama

Perbedaan terbesar antara baby blues dan depresi pascamelahirkan adalah tingkat keparahan dan lamanya waktu.

Baby blues cenderung memuncak pada minggu pertama setelah melahirkan dan menghilang dalam dua minggu pertama.

Namun jika lebih dari itu atau bahkan memburuk, maka itu bisa menandakan depresi pascamelahirkan, yang perlu ditangani segera oleh dokter.

"Atau jika keadaan meningkat dan Anda merasa itu memengaruhi kemampuan Anda untuk merawat diri sendiri, atau merawat bayi Anda, hubungi dokter Anda," pesan Dokter Newlin.

Depresi pascamelahirkan juga memunculkan perasaan negatif yang begitu kuat dan mengganggu aktivitas harian kita.

Misalnya tidak lagi bisa menikmati hal yang biasanya disenangi, merasa tidak berharga atau putus asa dan tak mampu merawat diri sendiri serta anak yang baru dilahirkan.

Baca juga: Depresi Pascamelahirkan Juga Dialami Ayah Baru

"Katakanlah Anda tidak bisa bangun dari tempat tidur di pagi hari, atau Anda tidak bisa makan, atau Anda makan terlalu banyak — itu semua lebih mirip gejala depresi daripada baby blues.”

Depresi yang kerap dialami pada ibu muda ini juga menghilangkan semua kegembiran dan kebahagian yang hadir karena anak.

"Meskipun Anda lelah dan stres, Anda harus merasakan kegembiraan dan kebahagiaan selama masa nifas. Jika tidak, itu tanda peringatan," kata Newlin.

"Anda telah menginternalisasi perasaan putus asa dan tidak berharga itu, dan Anda tidak dapat menikmati apa pun tentang periode pascapersalinan itu," kata Dr. Newlin.

Mengatasi baby blues

Stunting tidak hanya berbahaya bagi balita, namun juga memiliki efek jangka panjang. Saat dewasa, aanak berisiko mengalami gangguan kognitif, mudah terkena penyakit kronis, dan perkembangan otak melambat.Ana Tablas Stunting tidak hanya berbahaya bagi balita, namun juga memiliki efek jangka panjang. Saat dewasa, aanak berisiko mengalami gangguan kognitif, mudah terkena penyakit kronis, dan perkembangan otak melambat.
Depresi pascamelahiran harus mendapatkan pertolongan dari dokter untuk menjaga kondisi emosional ibu.

Penanganan yang terlambat bisa berdampak buruk bahkan membahayakan nyawa ibu, anak dan keluarga di sekitar.

Sementara itu, baby blues yang bersifat sementara bisa hilang setelah beberapa minggu namun tetap butuh perhatian khusus.

Beberapa cara yang bisa coba dilakukan sendiri antara lain:

  • Tidur sebisa mungkin, kapan saja dan di mana saja
  • Menikmati tontonan yang menyenangkan atau lucu
  • Bicarakan perasaan kita dengan pasangan
  • Latihan meditasi dan pernapasan untuk menghadapi situasi ketika gejalanya memburuk

Baca juga: Mengenal Baby Blues, Sindrom yang Diduga Picu Ibu Bunuh Bayi Sendiri

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com