Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/08/2022, 16:29 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Kecepatan itu sebanding dengan kepakan sayap burung kolibri sebanyak 50-200 kali per detik.

Baca juga: 10 Jenis Ular Berbisa yang Ada di Indonesia

Tujuan ular derik membunyikan ekornya

Ular derik yang punya wilayah persebaran di Amerika Utara dan Selatan, menggerakkan ekornya bukan tanpa alasan.

Jenis ular tersebut sengaja membunyikan ekornya sebagai bentuk pertahanan -sebelum hewan melata ini menggigit.

Bunyi gemericik yang dihasilkan menjadi peringatan bahwa ular derik tidak menyukai kehadiran manusia di sekitarnya.

Jadi bunyi dari ekor ular derik merupakan kode supaya manusia segera menjauh dari wilayah hewan melata ini.

Selain itu, ular derik punya mekanisme pertahanan lain yang hampir mirip dengan jenis ular lainnya.

Ular derik dapat melingkarkan tubuhnya dan mengangkat kepala sebagai tanda perlawanan terhadap musuh.

Baca juga: Kerap Masuk Rumah, Ini Ciri-ciri Ular Weling yang Gigitannya Mematikan

Apakah ular derik berbahaya?

Seperti yang sudah disebutkan bahwa ular derik termasuk jenis ular yang mempunyai bisa.

Untungnya, gigitan ular derik punya tingkat kematian yang rendah, dapat ditangani dengan penanganan medis yang tepat, dan bisa sembuh.

Sebagai informasi, ular derik punya bisa mengandung hemotoksin yang mampu merusak fungsi sel darah merah.

Gigitan ular derik juga bisa menyebabkan pendarahan internal, kerusakan otot, dan rasa sakit di area yang terluka.

Meski begitu, ular derik dengan spesies Mojave dan Speckled memiliki racun yang lebih kuat.

Bisa kedua spesies ular derik tersebut mengandung neurotoksin yang bereaksi lebih cepat dan menargetkan sistem saraf.

Gejala gigitan neurotoksik juga lebih parah yang bisa mengganggu penglihatan dan membuat korban ular derik sulit bernapas dan berbicara.

Baca juga: 6 Hewan yang Kebal terhadap Racun Ular Derik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com