Paula Allen, Pemimpin Global dan Wakil Presiden Senior Riset dan Kesejahteraan Total di LifeWorks, menguraikan sejumlah tanda-tandanya.
Baca juga: Atasan Memberi Pekerjaan di Luar Jobdesk? Begini Cara Menolaknya
Quiet quitting dilakukan secara individu yang berusaha memberontak dari pekerjaan yang mengekang dan membuat tidak bahagia.
Hal ini tidak dilakukan secara berkelompok karena motif setiap individu bisa saja berbeda.
Meski demikian, konten media sosial belakangan membuat banyak orang lebih menyadari soal hal ini lalu kemudian mempertanyakan etos kerjanya.
“Berhenti diam-diam adalah tentang upaya sadar untuk menegakkan kesejahteraan kita dalam cara kita bekerja," kata Maria Kordowicz, PhD, profesor dalam perilaku organisasi di University of Nottingham soal dampaknya untuk kesehatan mental.
Kita secara sadar mengutamakan kesejahteraan diri terkait pekerjaan dan lebih berani menetapkan batas personal.
"Daripada mengambil risiko kelelahan melalui jam kerja yang panjang atau mendefinisikan diri kita sendiri hanya melalui pekerjaan kita,” katanya.
Pelaku quiet quitting berupaya memberikan perhatian pada hal lain dalam hidupnya termasuk berolahraga, bepergian, berjejaring dengan orang lain atau menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga.
"Menjaga tubuh dan pikiran mereka, atau hanya mengambil bagian dalam kegiatan favorit mereka," tandasnya.
Baca juga: 6 Red Flag di Kantor, Tanda Perlu Cari Pekerjaan Baru
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.