KOMPAS.com - Quiet firing adalah pemecatan diam-diam yang dilakukan atas kepada pekerjanya di kantor.
Hal ini bisa dilakukan dengan banyak cara termasuk membuat kita tidak betah di kantor, memberikan beban kerja berlebihan atau menghambat perkembangan karier.
Quiet firing disebut sebagai tandingan quiet quitting, yang belakangan banyak dilakukan anak muda.
Namun sebenarnya praktik ini sudah lama dilakukan di dunia kerja dan korbannya kerapkali tidak menyadarinya.
Ada sejumlah ciri-ciri atasan yang sedang melakukan quiet firing kepada kita.
Beberapa gejalanya bisa dilihat dari cara atasan berinteraksi dengan kita, berkaitan dengan pekerjaan di kantor.
Baca juga: Waspadai, Ciri-Ciri Kita jadi Sasaran Quiet Firing dari Atasan
Sebagai pekerja, kita juga punya hak untuk tetap mempertahankan pekerjaan, demi karier maupun penghidupan.
Jadi jangan langsung merasa direndahkan dan buru-buru mengajukan resign.
Sebaliknya, lakukan berbagai hal ini agar tidak disingkirkan begitu saja dari pekerjaan kita.
Jika praktik quiet firing itu masih sebatas dugaan, catat semua kejadian yang berkaitan dalam jurnal khusus.
Dokumentasikan dengan detail apa yang membuat kita merasa tidak dihargai, dikucilkan atau tidak disukai oleh atasan.
Hal ini bisa menjadi bukti ketika kita harus melakukan konfrontasi dengan manajer maupun HRD.
Baca juga: Merasa Punya Atasan yang Mudah Insecure? Ini Tanda-tandanya
Pastikan kita memahami aturan yang berlaku soal promosi, kenaikan gaji atau apresisasi lain yang seharusnya didapatkan.
Informasi mendalam ini bisa membantu argumentasi kita ketika mempertanyakan sikap atasan.
Terlebih jika berkaitan dengan kenaikan gaji atau jabatan yang tak kunjung datang meski memberikan performa terbaik di kantor.
Baca juga: 5 Kalimat yang Jangan Dikatakan Saat Minta Naik Gaji, Ini Gantinya
Cobalah melakukannya dengan memberikan contoh skenario negatif, perasaan kita dan minta saran apa yang sebaiknya dilakukan.
Hal ini juga membuat atasan tahu bahwa kita adalah karyawan yang baik karena berusaha memperbaiki masalah yang ada agar pengalaman kerja meningkat.
Quiet firing berawal dari komunikasi yang buruk akibat atasan yang menghindari konflik atau takut melakukan percakapan yang tidak nyaman.
Untuk mengatasinya, kita bisa meminta rekan kerja lain sebagai mediator untuk membantu advokasi.
Bisa dari pihak HRD, rekan kerja yang dianggap kompeten atau manajer bidang lainnya yang berkaitan dengan kita.
Baca juga: Imbangi Quiet Quitting, Kini Muncul Tren Quiet Firing dari Atasan
Carilah atasan maupun kantor yang lebih mampu memberikan apresiasi kepada kita.
Tidak ada alasan untuk bertahan di kantor yang melakukan taktik curang kepada pekerjanya, termasuk soal PHK.
Jangan biarkan kita diperlakukan dengan buruk meskipun oleh perusahaan yang selama ini memberikan pekerjaan.
Apalagi, praktik quiet firing sebenarnya berdampak buruk pada perusahaan, bukan kita sebagai individu.
Baca juga: Jangan Teledor, Hapus 5 Data Ini dari Komputer Kantor Sebelum Resign
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.