KOMPAS.com - Masyarakat di Indonesia turut berduka ketika Ratu Elizabeth wafat.
Media sosial penuh dengan ucapan duka cita dan kehilangan meskipun tidak pernah benar-benar mengenal pemimpin Kerajaan Inggris itu.
Gelombang empati ini juga menuai keheranan sekaligus kritik dari sejumlah pihak.
Mengapa kita ikut berduka cita untuk kematian orang yang hanya kita ketahui dari media sosial maupun pemberitaan saja?
Baca juga: Kala Momen Pemakaman Ratu Elizabeth Malah Jadi Panggung Drama Keluarga
Fenomena tersebut sebenarnya bukan hal yang baru di kehidupan sosial kita.
Sebelum Ratu Elizabeth, banyak sosok terkenal lainnya yang sukses menuai rasa sedih publik karena kematiannya.
Misalnya saat Eril, putra Ridwan Kamil, meninggal di Swiss yang sempat membuat masyarakat Indonesia ikut berduka.
Bukan hanya ucapan di media sosial, banyak juga yang rela menghabiskan waktu mengunjungi makam atau mengeluarkan uang untuk mengirimkan bunga.
Baca juga: Nabila Ishma, Kekasih Mendiang Eril yang Cantik dan Inspiratif
Tren perilaku ini rupanya berkaitan dengan stabilitas yang terganggu di dunia di mana orang mendambakan kepastian.
Nuala Walsh, pakar perilaku dari Psychology Today mengatakan ada sejumlah alasan psikologis yang membuat orang menangisi kepergian sosok terkenal yang sebenarnya tidak dikenalnya, yakni:
Di era media sosial saat ini, kehidupan orang-orang terkenal terbuka sehingga terasa begitu akrab dengan kita.
Ketika kita memiliki paparan sebelumnya kepada orang asing, ingatan bawah sadar terpicu karena efek pengulangan dan bias ketersediaan.
Akibatnya, kita merasa mereka menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari meskipun tidak pernah berkaitan langsung.
Simbolisme istana yang penuh hiasan, taman yang megah, dan mahkota berlian yang dipakainya sangat kontras dengan kehidupan biasa.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.