SEBUAH pesan masuk dan terpampang di layar komputer Neo atau Thomas Andersen di film Matrix. Tulisan warna hijau dengan format dot Matrix membangunkan Neo dan membuat penasaran tokoh utama yang diperankan oleh Keanu Reeves. “Wake up, Neo, The Matrix has you!”
Banyak dari pembaca yang mungkin belum nonton film yang dirilis tahun 1999 ini, tapi bisa juga ada banyak pembaca adalah penggemar berat The Matrix—yang sekarang sudah sekuel ke tiga.
Saya akan menggambarkan sedikit tentang film bergen-re science-fiction ini.
Dalam film, zamannya berada pada tahun 2199, keadaan dunia rusak karena telah terjadi pertempuran manusia melawan robot (mesin artificial intelligence – AI) dan pemenangnya adalah robot.
Manusia ditawan seperti dalam sebuah rahim buatan, energinya diambil oleh robot penguasa dan manusia dibuat bermimpi, berhalusinasi seperti sedang hidup pada era tahun 1999 dengan keadaan dunia masih baik-baik saja.
Seorang tokoh lain bernama Morpheus yang artinya adalah movement, breakthrough mencari The One, yaitu Neo yang akan melawan robot dengan praktik Matrix buatannya.
The Matrix has you! Matrix menguasaimu, dengan demikian hidupmu dikendalikan oleh Matrix yang selama ini terbentuk atau dibuat orang lain tanpa diri kita meninjau dan membuat transformasi ke arah yang baik.
Film The Matrix ini juga telah menginspirasi seorang peneliti, yaitu Dr. L. Michael Hall—guru saya juga dalam mempelajari Meta Coaching System dan Neuro-Semantics—untuk mengembangkan The Matrix Model yang dapat diaplikasikan dalam aspek kehidupan.
Saya sendiri telah menerapkannya dan memperoleh manfaatnya.
Matrix membentuk realitas di dalam pikiran, menjadi persepsi, lalu memengaruhi perkataan dan perilaku, menjadi kebiasaan dan membangun karakter.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.