Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Giokniwati
Trainer, Coach, Consultant. Founder of Elevasi Performa Insani (elevasi.id)

Perempuan yang memiliki kegairahan dalam mengelevasi sumber daya manusia sehingga lebih berdaya, berkinerja unggul, dan memiliki makna. Seorang pengamat kehidupan yang memetik buah inspirasi untuk dibagikan kepada orang lain melalui tulisan maupun sesi bicara.

8 Variabel Matrix Membangun Karakter Pribadi

Kompas.com - 12/10/2022, 08:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEBUAH pesan masuk dan terpampang di layar komputer Neo atau Thomas Andersen di film Matrix. Tulisan warna hijau dengan format dot Matrix membangunkan Neo dan membuat penasaran tokoh utama yang diperankan oleh Keanu Reeves. “Wake up, Neo, The Matrix has you!”

Banyak dari pembaca yang mungkin belum nonton film yang dirilis tahun 1999 ini, tapi bisa juga ada banyak pembaca adalah penggemar berat The Matrix—yang sekarang sudah sekuel ke tiga.

Saya akan menggambarkan sedikit tentang film bergen-re science-fiction ini.

Dalam film, zamannya berada pada tahun 2199, keadaan dunia rusak karena telah terjadi pertempuran manusia melawan robot (mesin artificial intelligence – AI) dan pemenangnya adalah robot.

Manusia ditawan seperti dalam sebuah rahim buatan, energinya diambil oleh robot penguasa dan manusia dibuat bermimpi, berhalusinasi seperti sedang hidup pada era tahun 1999 dengan keadaan dunia masih baik-baik saja.

Seorang tokoh lain bernama Morpheus yang artinya adalah movement, breakthrough mencari The One, yaitu Neo yang akan melawan robot dengan praktik Matrix buatannya.

The Matrix has you! Matrix menguasaimu, dengan demikian hidupmu dikendalikan oleh Matrix yang selama ini terbentuk atau dibuat orang lain tanpa diri kita meninjau dan membuat transformasi ke arah yang baik.

Film The Matrix ini juga telah menginspirasi seorang peneliti, yaitu Dr. L. Michael Hall—guru saya juga dalam mempelajari Meta Coaching System dan Neuro-Semantics—untuk mengembangkan The Matrix Model yang dapat diaplikasikan dalam aspek kehidupan.

Saya sendiri telah menerapkannya dan memperoleh manfaatnya.

Pemahaman The Matrix

Matrix membentuk realitas di dalam pikiran, menjadi persepsi, lalu memengaruhi perkataan dan perilaku, menjadi kebiasaan dan membangun karakter.

Matrix membentuk siapa kita! Jadi betapa pentingnya Matrix yang kita pegang. Apakah berguna? Apakah baik? Apakah memberdayakan? Apa yang kita perlu lakukan adalah revisit atau mengunjungi, menelaah Matrix tersebut.

Bukan tidak peduli atau masa bodoh, yang berarti kita dikuasai oleh Matrix, tetapi jadilah “tuan” atas Matrix-mu. Be the master of your Matrix!

Kata Morpheus saat mengundang Neo, “The Matrix ada di mana-mana, di sekeliling kita, …ketika menyalakan televisi, pergi bekerja, pergi ke gereja, membayar pajakmu…”

Keputusan untuk membayar pajak pasti didasari oleh pemaknaan, niatan, dan menghasilkan state—gabungan mental dan fisik—apakah menggerutu atau penuh keikhlasan. Juga didasari oleh cara pandang kita terhadap pemerintah si pemungut pajak, juga identitas sebagai si pembayar pajak.

Dalam membangun bisnis, apa yang akan dijalankan sangat dipengaruhi oleh The Matrix yang mendasarinya.

Respons seseorang dalam menanggapi umpan balik atau masukan seseorang akan ditentukan dari kerangka berpikir Matrixnya. Aktivitas saya membuat tulisan ini juga ada Matrix yang melandasinya.

Delapan variabel dalam sebuah Matrix

1. Intention

Intensi adalah tujuan, niatan, arti penting atas apa yang kita lakukan. Dengan kata lain ‘the why’ di balik ‘the what maupun ‘the how’.

Presuposisi Neuro Linguistic Program mengatakan bahwa energi akan mengalir kemanapun atensi kita berada yang diarahkan oleh intensi.

Intensi ini akan menjadi motor, memberikan energi dan mengendalikan seluruh ucapan dan tindakan kita.

Mari, tanyakanlah pada diri sendiri:

  • Apa intensi tertinggi Anda dalam melakukan sebuah tindakan?
  • Apa tujuan dan sasaran yang hendak dicapai?
  • Apa manfaatannya?
  • Apa pentingnya?

Manusia cenderung mengabaikan sesuatu yang tidak penting, namun sebaliknya akan ada daya upaya berupa atensi dan energi ketika sesuatu itu jelas signifikansinya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com