"Dalam membangun sebuah brand, seorang fashionpreneur harus mengikuti proses yang tidak gampang."
"Prosesnya panjang, ada naik turunnya dan harus bisa menerapkan strategi bisnis yang adaptif dengan perubahan," jelas Melinda.
Baca juga: Trik Sukses Bisnis Fashion di E-commerce
Peran dan supporting system secara integrasi sangat dibutuhkan apalagi dalam menghadapi perkembangan era digital.
Masa depan industri mode yang akan menjadi tren ke depan adalah penggunaan aplikasi digital dalam ranah online yang dimiliki oleh suatu brand.
Misalnya dengan melakukan improvisasi di online store yang harus dilakukan.
“Salah satunya adalah penggunaan 3D design dalam tampilan katalog yang ada di website brand."
"Hal ini memudahkan para pelanggan atau calon pembeli untuk memahami item koleksi yang ingin dibeli secara detail dan memberikan experience digital yang baru," papar perempuan yang akrab disapa Baby ini.
Peranan digitalisasi terhadap industri mode, menurut dia juga tidak terlihat dari lonjakan jumlah fashion brand, tetapi juga popularitas dan "seleksi alam" label mode yang telah ada.
Saat ini, cukup banyak merek baru yang menuai sukses besar dalam waktu yang singkat, atau pemain lama yang dahulu terlihat biasa kini menjadi hebat.
Sebaliknya, ada pula label mode baru dan lama yang terus menurun atau bahkan tutup karena kalah dalam persaingan.
"Indikator sebuah bisnis fashion yang oke menurut saya itu ketika sudah berjalan selama lima tahun."
"Itu artinya brand tersebut sudah melewati masa naik turun sebuah bisnis."
"Sebab di industri mode ini istilahnya ada masa minimal dua tahun survive. Di tahun-tahun pertama pasti ada investasi yang gila-gilaan."
"Jika di tahun-tahun selanjutnya tidak ada perubahan signifikan atau balik modal istilahnya."