"Kami tidak memiliki prasangka tentang apa yang akan kami temukan,” Vosshall, dikutip dari CNN.
Vosshall menjelaskan, penelitian terhadap responden yang stokingnya disukai nyamuk memiliki tingkat asam karboksilat yang tinggi.
Asam karboksilat dapat ditemukan dalam sebum, zat berminyak yang berfungsi sebagai penghalang dan membantu menjaga kelembapan kulit.
"Asam karboksilat adalah molekul besar. Bukan bau (tubuh) itu sendiri," kata Vosshall.
"Tapi bakteri menguntungkan pada kulit mengolah asam ini yang menghasilkan bau khas manusia yang mungkin menarik nyamuk," tambah dia.
Penelitian yang dilakukan Vosshall bersama peneliti lainnya mendapati temuan yang unik pada responden yang diidentifikasi sebagai subjek 33.
Pasalnya, subjek tersebut stokingnya benar-benar disukai nyamuk daripada responden lainnya yang diteliti.
Khusus untuk Aedes aegypti, nyamuk betina dari jenis ini tenyata lebih suka menggunakan darah manusia untuk memproduksi telur mereka.
Itulah kenapa Aedes Aegypti betina lebih gencar mengincar darah manusia sebagai mangsanya.
Baca juga: 5 Tanaman Pengusir Nyamuk yang Cocok Ditanam di Rumah
"Predator kecil ini menggunakan berbagai mekanisme untuk mengidentifikasi dan memilih manusia yang mereka gigit," kata Vosshall.
Peneliti menduga asam karboksilat adalah pemicu yang mengundang nyamuk untuk menggigit orang tertentu.
Tak hanya itu, panas tubuh dan karbon dioksida yang dikeluarkan tubuh ketika bernapas juga menarik perhatian nyamuk.
Dalam hal ini, peneliti masih belum tahu mengapa asam karboksilat dapat mengundang nyamuk untuk mengigit orang.
Tapi peneliti berencana untuk mengeksplorasi efek pengurangan asam karboksilat pada kulit.
Temuan yang didapat Voshall bersama peneliti lainnya mendapat perhatian dari profesor asal Florioda International University, Matthew DeGennaro.