Noda berwarna gelap berasal dari kotoran kutu busuk yang mengosongkan tubuhnya setelah menyedot darah manusia.
Noda tersebut kemungkinan juga muncul di seprai, baju tidur, dinding, atau di balik wallpaper.
Tidak semua gatal yang dirasakan ketika bangun di pagi hari disebabkan oleh gigitan nyamuk.
Pasalnya, kutu busuk juga meninggalkan pola gigitan yang bergaris lurus, zig zag, atau berkelompok.
Hal tersebut tentunya berbeda dengan gigitan nyamuk yang tidak berkelompok dan biasanya ditandai dengan bentol kemerahan.
Di sisi lain, kutu busuk terkadang menyebabkan reaksi alergi dan pembengkakan pada kulit yang terkena gigitan serangga ini.
Dalam banyak kasus, munculnya bekas tidak terjadi setelah kutu busuk selesai menyedot darah.
Baca juga: Ragam Fakta Kutu Busuk, Dampak, dan Cara Mengatasinya
Dan karena sebagian besar kutu busuk tidak makan setiap hari, gigitannya bahkan tidak menunjukkan pola yang terlihat sampai serangga ini berukuran cukup besar.
Karena alasan itulah mengetahui perbedaan gigitan kutu busuk dari sumber iritasi lain dapat membantu mengidentifikasi keberadaan serangga ini di rumah.
Indera penciuman dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi keberadaan kutu busuk yang telanjur masuk rumah.
Seperti serangga pada umumnya, kutu busuk secara alamiah mengeluarkan feromon yang baunya berbeda ketika serangga ini terkena cahaya atau merasa terganggu.
Zat yang sama juga digunakan oleh serangga tersebut untuk berkomunikasi saama lain.
Penghuni rumah bisa mencium bau dari kutu busuk dengan jelas apabila mereka menghancurkan tubuh atau mengusik serangga ini.
Feromon dari kutu busuk biasanya berbau seperti kayu atau jamur yang membusuk dan menjadi semakin parah jika dibarengi dengan kotoran kutu busuk.
Nimfa (fase hewan muda) dari kutu busuk memiliki ukuran sebesar ujung peniti tapi serangga ini bisa meninggalkan jejak lain di rumah.