Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kulit Ikan Arapaima Sungai Amazon Jadi Produk Fashion Berkelanjutan

Kompas.com - 11/11/2022, 13:27 WIB
Dinno Baskoro,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber NYPost

KOMPAS.com - Seorang nelayan dan para ilmuwan menghadirkan inovasi baru berupa produk fashion dari ikan arapaima yang hidup di sepanjang anak sungai Amazon.

Mereka berupaya untuk mengembangkan material fashion dari kulit ikan raksasa yang dikenal sebagai ikan pirarucu atau arapaima secara legal.

Material tersebut dapat dijadikan tren mode berkelanjutan, seperti tas kulit, sepatu bot ala koboi, hingga jaket merah bersisik yang tampil di pemotretan Vogue saat Rihanna hamil.

Penjualan dari produk fashion ramah lingkungan itu rupanya telah memberikan pendapatan yang layak bagi ratusan keluarga yang tinggal di sekitar Amazon.

Bahkan kegiatan produksi material dari ikan arapaima itu telah mendukung dan meningkatkan penghasilan sebagai mata pencaharian mereka.

Baca juga: Ikan Arapaima, Tipikal Hewan Bersahabat tapi Tak Boleh Dipelihara 

Pengelolaan kulit ikan arapaima

Ikan arapaima dari Sungai AmazonNypost /AP Ikan arapaima dari Sungai Amazon

Bagi warga yang tinggal di tepi anak sungai Amazon, ikan arapaima merupakan salah satu makanan pokok yang biasa dikonsumsi.

Bahkan mereka kerap menjual dagingnya di pasar atau wilayah perkotaan Brasil.

Namun kulit ikan raksasa tersebut merupakan produk sampingan dari pengelolaan ikan yang jarang dimanfaatkan.

Beberapa warga lokal ada yang menyantapnya, tapi sebagian besar kulit ikannya dibuang.

Lalu komunitas adat bekerja sama dengan warga lokal di tepi sungai Amazon untuk mengelola ikan araipama di danau air tawar di kawasan lindung Amazon. 

Sebagian besar diekspor dan Amerika Serikat menjadi pasar utamanya.

Ikan yang satu ini dapat tumbuh hingga panjangnya mencapai tiga meter.

Kulit ikan arapaima rupanya dapat dijadikan material bagi industri fashion yang ramah lingkungan dan cukup bernilai.

Namun mereka sangat menyadari bahwa penangkapan ikan secara besar-besaran dapat mengganggu populasi ikan yang hidup di habitat aslinya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com