Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum
Dokter

Dokter, ahli nutrisi, magister filsafat, dan penulis buku.

Tanggap Bencana, Seharusnya Gizi Tetap Terjaga

Kompas.com - 30/11/2022, 09:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Membentuk kerangka pikir para pemangku kepentingan, termasuk pemda, seputar masalah gizi amat pelik – terutama jika kita sudah terpola sedemikian rupa tentang ‘apa sih gizi baik dan pangan sehat itu?’.

Di tanah air yang kaya akan bahan pangan utuh dan segar, betapa mirisnya fakta statistik menunjukkan, rata-rata konsumsi dan pengeluaran per kapita penduduk Indonesia di ranking paling atas ditempati oleh makanan dan minuman, lalu tepat di bawahnya adalah… rokok.

Bagaimana mungkin buah-buahan dan umbi hanya mendapat tempat di bawah 5% dari pola konsumsi masyarakat kita?

Baca juga: Mengapa ASI Penting Untuk Mencegah Stunting?

Di kampung-kampung, para ibu dengan bangga saling berlomba pamer susu formula mahal untuk konsumsi bayinya, diperparah dengan sindiran sinis beberapa nakes yang menuding ASI sudah tak ada gunanya di atas usia 6 bulan.

Tak heran jika akhirnya kita masuk dalam pusaran kemiskinan dan kebodohan, yang fenomenanya semakin kentara saat para relawan gizi berjuang mengoreksi pemahaman yang keliru tentang pemberian makan bayi dan anak di tenda-tenda bencana.

Bencana alam barangkali fenomena kerusakan yang dampaknya langsung terlihat hari ini, tapi di balik itu semua terselubung juga fenomena kerusakan kualitas pangan masyarakat kita.

Hal itu mestinya tidak perlu terjadi. Asal kita mau berkolaborasi, membuat rakyat bangga akan pangan lokalnya sendiri, dan menjamin kebutuhan gizi anak juga tercukupi.

Baca juga: Pangan Asli yang Terinvasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com