Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - Diperbarui 07/12/2022, 07:32 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Meski biasa dianggap sebagai masalah kesehatan mental, stres dapat memengaruhi setiap bagian tubuh.

Salah satu organ tubuh yang terganggu akibat stres adalah paru-paru.

Menurut temuan studi, stres bisa memperburuk penyakit paru-paru kronis seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).

Baca juga: Masalah Paru-paru Bisa Dilihat dari Kondisi Kulit, Apa Tandanya?

Stres adalah reaksi tubuh terhadap ancaman atau perubahan yang memerlukan tanggapan atau penyesuaian.

Ketika seseorang stres, tubuh mengeluarkan hormon untuk membuat otak lebih waspada. Akibatnya, pernapasan menjadi lebih cepat, denyut nadi meningkat, dan otot menegang.

Reaksi-reaksi ini melindungi tubuh dengan membantu tubuh mengelola situasi yang menyebabkan stres.

Stres tidak selalu berdampak negatif. Stres bisa membuat individu termotivasi untuk menangani situasi sulit seperti memenuhi tenggat waktu atau melarikan diri ke tempat yang aman jika terjadi bahaya.

Baca juga: 7 Makanan Baik untuk Kesehatan Paru-paru

Tetapi jika stres berlanjut dalam durasi yang lebih lama, kondisi ini akan menyebabkan gangguan kesehatan.

Bagaimana stres memengaruhi paru-paru?

Stres dan emosi yang kuat dapat menyebabkan kesulitan bernapas seperti sesak napas dan napas cepat.

Pada orang yang sehat, efek stres biasanya tidak berbahaya bagi paru-paru.

Namun bagi orang yang sudah memiliki masalah pernapasan, stres justru dapat memperburuk gejala.

Inilah tujuh cara stres mengganggu fungsi paru-paru.

Baca juga: Perhatikan, Gejala Awal Kanker Paru-paru

1. Memicu pelepasan hormon adrenalin

Stres memicu pelepasan hormon adrenalin selama peristiwa stres atau mengancam jiwa.

Pelepasan adrenalin membuat jantung berdetak lebih cepat dan membuat saluran udara paru-paru mengambil lebih banyak oksigen.

2. Menyulitkan penderita gangguan pernapasan

Orang dengan gangguan pernapasan tidak mampu mengatasi situasi stres karena kesulitan bernapas dan ketidakmampuan menghirup lebih banyak oksigen.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com