Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmu Parenting yang Bisa Dipetik dari Keluarga Jokowi di Pernikahan Kaesang dan Erina

Kompas.com - 13/12/2022, 07:49 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

KOMPAS.com - Tingkah polah cucu Presiden Jokowi di pernikahan Kaesang dan Erina Gudono memang menggemaskan.

Namun hal yang juga layak jadi perhatian adalah kebebasan yang diberikan para orangtuanya pada anak-anak tersebut.

Jan Ethes, Sedah Mirah, La Lembah Manah dan Al Nahyan dibiarkan berperilaku selayaknya anak-anak dalam acara yang tergolong formal itu.

Baca juga: 6 Tingkah Lucu Cucu Presiden Jokowi di Pernikahan Kaesang dan Erina

Mereka bebas berjoget, tertawa, dan tak dipaksa memakai seragam yang mungkin tidak nyaman dikenakan itu.

Bandingkan dengan beberapa kalangan yang mengharuskan anak-anaknya bersikap seperti orang dewasa demi acara bisa berjalan sempurna.

Ilmu parenting yang bisa ditiru dari keluarga Presiden Jokowi

Gaya parenting seperti yang terlihat di pernikahan Kaesang dan Erina Gudono itu juga jadi perhatian netizen.

Beberapa mengatakan jika kebebasan tersebut hanya bisa didapatkan para cucu Presiden Jokowi karena tak ada yang berani melarang mereka.

Lya Fahmi, M.Psi., Psikolog dari Wiloka Workshop mengatakan setiap keluarga sebenarnya punya gaya dan aturan yang berbeda.

"Hal yang bisa diterima oleh keluarga satu, belum tentu bisa diterima dalam keluarga lain," ujarnya, kepada Kompas.com, kemarin.

Baca juga: Cucu Jokowi, Al Nahyan, Merajuk Tak Mau Pakai Beskap

Menurutnya, gaya dan aturan yang berbeda-beda itu bisa dipandang sebagai variasi, bukan sesuatu yang salah.

"Kalo misal keluarga Pak Jokowi tampak santai dan longgar kepada cucu-cucu untuk ukuran acara formal seperti itu, that's fine," ujarnya melalui pesan teks.

Pakar jebolan Universitas Gadjah Mada ini menilai juga tidak ada ketetapan tertentu yang mengatur soal perilaku anak dalam acara formal dan sakral, seperti pernikahan.

"Gaya masing-masing keluarga itu berbeda, tergantung nilai dan perspektif yang mereka gunakan. Maka dari itu, nggak ada aturan baku bagaimana anak-anak harus bersikap seperti itu," tambahnya.

Ia menyarankan untuk memilih sesuai dengan kenyamanan bagi anak dan orangtua.

Karena anak-anak usia dini tentunya belum bisa menyesuaikan dengan kenyamanan orangtua maka kita adalah pihak yang perlu menyesuaikan.

"Saya tekankan ya, kenyamanan anak, bukan kenyamanan orang-orang."

Baca juga: Emosi dan Perilaku Anak Ternyata Ikut Memengaruhi Gaya Pengasuhan

Trik role play

Bagi orangtua yang ingin anaknya bisa bersikap tertib mengikuti jalannya acara, Lya menyarankan untuk mempersiapkan buah hati terlebih dulu.

Triknya adalah bermain role play sebelum acara berlangsung agar anak paham apa yang harus dilakukannya.

Ilustrasi anak-anak bermain di area tangga. SHUTTERSTOCK/JACOB LUND Ilustrasi anak-anak bermain di area tangga.
"Jika ekspektasi orangtua adalah anak-anak bisa mengikuti acara secara tertib layaknya orang dewasa, itu bisa diusahakan dengan cara melakukan role play sebelum acara," jelasnya.

Sampaikan kepada anak seperti apa suasana acara tersebut, siapa saja yang ada di lokasi dan bagaimana sikap yang diharapkan dari mereka.

"Hal itu diulang-ulang dan diperankan (role play). Role play akan membantu anak menghadapi situasi aslinya," terang Lya.

Baca juga: Asah Kreativitas dan Empati Anak dengan Bermain Peran

Meski demikian, Lya mengingatkan kembali jika orangtua harus tetap sadar bahwa anak-anak akan tetap menjadi anak-anak.

"Tentu tidak fair untuk memaksa mereka berperilaku persis sama dengan orang dewasa," katanya.

Kuncinya diri sendiri

Banyak orangtua berharap bisa berperilaku seperti Gibran Rakabuming dan Kaesang Ayu yang membebaskan polah anaknya seperti kemarin.

Namun kadang kala, komentar dan cibiran dari pihak lain membuat orangtua memaksa anaknya bersikap tertib, atau bahkan memarahi buah hati.

Untuk kasus seperti ini, Lya meyakini jika ketahanan orangtua dalam menghadapi komentar orang lain berkaitan dengan konsep diri yang positif, rasa berharga, dan keyakinan pada nilai yang dipegang.

Baca juga: Kritik Orangtua Terbukti Bisa Membekas di Otak Anak, Seperti Apa?

"Semakin negatif konsep diri orang tua, semakin rendah rasa keberhargaan dirinya, akan semakin merasa tidak aman dengan komentar-komentar orang lain," urainya.

"Orang lain berkomentar tentang apapun diri kita itu pasti. Tapi kuncinya ada di respon apa yang kita pilih saat menghadapi komentar itu, bukan ada tidaknya orang berkomentar."

Orangtua perlu mematangkan diri agar siap menghadapi komentar orang lain soal perilaku anak.

"Ketika mendesak anak mesti begini dan begitu kan karena kekhawatiran kita terhadap apa yang akan orang lain pikirkan kepada kita sebagai orangtua," tambah Lya.

Berbagai komentar yang tidak substansial itu sebenarnya bukan hal yang mengganggu bagi pribadi yang aman dengan dirinya sendiri, memandang positif pada dirinya sendiri, dan merasa berharga.

Baca juga: 3 Cara Menerapkan Gentle Parenting kepada Anak, Orangtua Wajib Tahu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com