Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Perasaan Tidak Mau Terluka yang Melukai Diri Sendiri: Self-Defeating Habit

Kompas.com - 20/12/2022, 09:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Saat seseorang sebenarnya memiliki kesempatan untuk mencapai sesuatu, tapi kesempatan itu tidak diambil karena ketakutan akan gagal dan merasa sakit lebih besar.

Semua orang pastinya mengharapkan adanya kepastian, tapi orang yang memiliki pandangan negatif tentang dirinya seringkali menganggap hal terburuk yang akan terjadi. Oleh sebab itu, sebelum kejadian yang ditakutkan terjadi, ia menarik dirinya terlebih dahulu.

Dampak dari self-defeating habit?

Self-defeating habit dan pandangan negatif merupakan siklus yang sangat berbahaya, dan mengarahkan hidup seseorang ke arah yang jauh lebih negatif, bahkan disfungsional.

Dalam upaya menggagalkan usaha sendiri, seseorang akan menganggap kemampuannya buruk dan tidak dapat mencapai tujuannya. Kemudian karena ia merasa kondisinya parah, di situasi berikutnya ia kembali menjatuhkan diri sendiri, dan seterusnya.

Tentunya self-defeating habit akan menurunkan kualitas kehidupan seseorang secara umum. Kebiasaan ini juga dapat menyebabkan kesepian.

Seseorang akhirnya mengisolasi diri dari lingkungan sosial supaya tidak perlu merasa tidak disukai atau akan ditinggalkan, dan akhirnya kekurangan koneksi sosial yang menjadi penyebab kesepian.

Penelitian yang dilakukan oleh Lester dan Schaeffler terhadap siswa SMA dan mahasiswa bahkan menemukan bahwa self-defeating personality berhubungan dengan depresi dan ide bunuh diri.

Ternyata efek dari kebiasaan ini buruk sekali ya, kira-kira bagaimana cara untuk mengurangi self-defeating habit ini?

Mengurangi self-defeating habit

Kenali kebiasaan yang dilakukan. Gunakan daftar self-defeating habit yang diberikan oleh Dr. Pickhard untuk merefleksikan apakah ada kebiasaan yang ternyata kita lakukan.
Identifikasi situasi yang memicu kebiasaan tersebut.

Coba deh lebih diperhatikan, respons ini biasanya muncul di situasi-situasi seperti apa? Apakah dalam menerima kepercayaan lebih dari orang lain? Apakah saat ada kesempatan untuk memperbaiki situasi diri sendiri?

Refleksi awal dari kebiasaan ini. Setelah mengetahui situasi yang memicu kebiasaan ini, kita mulai dapat melakukan napak tilas sejak kapan kebiasaan ini terbentuk. Situasi pertama apa yang memulai pola perilaku ini.

Identifikasi dampak dari kebiasaan ini. Seringkali seseorang hanya ingin menghindari kemungkinan mengalami terlukanya harga diri yang dianggap sudah rapuh, tapi tidak melihat apa dampak dari kebiasaan menghindar tersebut.

Dengan lebih menyadari penyebab dan dampak, seseorang dapat menjadi lebih waspada dan rasional dalam menentukan pilihan-pilihan yang diambil.

Sadari potensi diri. Seseorang yang terbiasa untuk menjatuhkan diri sendiri cenderung memiliki harga diri yang rendah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com