Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Alasan Tikus Sering Jadi Kelinci Percobaan dalam Penelitian Biomedis

Kompas.com - 12/01/2023, 13:00 WIB
Dinno Baskoro,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Studi pertama dalam serangkaian penelitian terdokumentasi yang melibatkan tikus adalah saat pengamatan efek adrenalektomi pada studi Philipeaux, di tahun 1856.

Kemudian diikuti studi tentang kualitas gizi protein pada studi Savoury, tahun 1863.

Semenjak saat itu, tikus Norwegia kemudian dikembangbiakkan untuk tujuan yang satu ini.

Selain tikus Norwegia, tikus putih alias tikus albino turunan Wistar juga termasuk model tikus paling populer untuk studi laboratorium.

Tikus yang satu ini disebut-sebut sebagai spesies tikus yang cukup kuat untuk penelitian medis terhadap penyakit menular atau sebagai model bedah.

Lalu jenis Sparague Dawley, tikus putih turunan yang juga lebih disukai para peneliti untuk menguji studi tentang perilaku.

4. Populasi tikus yang ekstrem

Seiring dengan peradaban, populasi tikus menjadi sangat ekstrem bahkan tidak terkendali, hingga kerap disebut sebagai hama. 

Alasan ini pula yang menjadi bagian mengapa objek penelitian dengan tikus itu tampak begitu menarik dan dianggap sesuai. 

5. Kemampuan luar biasa dalam beradaptasi

Kemampuan untuk menghasilkan begitu banyak populasi bukan tujuan utama yang dilihat peneliti.

Melainkan kemampuan tikus yang mudah beradaptasi dan bertahan hidup.

Kemampuan itu dianggap sangat luar biasa, karena mereka sanggup bertahan hidup dan berkembangbiak di lingkungan apapun, termasuk pada lingkungan yang buruk atau ekstrem.

Secara umum para peneliti tidak sekadar melihat kemiripan secara biologis dengan manusia, tetapi keunikan hingga kemampuan beradaptasi yang membuatnya menjadi sumber daya ideal pada penelitian laboratorium.

Baca juga: 7 Bahan Alami untuk Mengusir Tikus, Ada Durian hingga Mengkudu 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com