ADA banyak vonis yang dijatuhkan di dalam hidup manusia. Dokter memberikan vonis atas diagnosis penyakit.
Bagian SDM perusahaan menjatuhkan vonis pemberhentian hubungan kerja. Perceraian, kebangkrutan.
Tuhan mengambil keputusan untuk memanggil pulang orang yang kita kasihi. Hakim menjatuhkan vonis kepada terdakwa. Dan masih ada banyak jenis vonis-vonis lain.
Atas peristiwa-peristiwa itu, reaksi manusia bisa sedih, kecewa, kaget, marah, dan lain-lain. Reaksi itu disebut dengan state, yaitu gabungan atau sebuah sistem mental dan fisik, mind and body system.
State tadi terkategori dalam state primer karena merupakan respons langsung dari sebuah stimulus dari eksternal.
State primer tadi dibawa masuk ke dalam pikiran dan perasaan, semakin dirasa, semakin dipikir sehingga dapat berdampak pada kesimpulan yang lebih kuat dibanding hanya sekadar state primer. Di sini kita sudah berada di ranah meta.
Misalnya, vonis “diberhentikan dari pekerjaan”, maka muncul state primer, yaitu sedih. Lalu mulai terjadi penambahan di internal:
Saya sungguh kecewa pada diri saya sendiri ternyata saya memang bego sehingga tidak dipertahankan oleh perusahaan.
Ada yang salah dengan diri saya sehingga selalu gagal. Bagaimana saya bisa dapat kerja lagi? Saya akan menganggur. Kegagalan di pekerjaan saya akan membuat keluargaku terpuruk, anak-anakku bisa telantar.
Jika demikian, maka “Setelah vonis dijatuhkan, saya terus terbanting.”
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.