Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Hal yang Harus Dihindari oleh Orang yang Pandai Bicara

Kompas.com - 28/02/2023, 08:00 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber Inc

KOMPAS.com - Menjadi orang yang pandai berbicara mungkin dapat memberikan keuntungan tersendiri, seperti memiliki banyak teman atau merasa lebih percaya diri di depan umum.

Tetapi, sebenarnya menjadi orang yang pandai berbicara juga tidak boleh sembarangan dan perlu memahami apa sedang dibicarakan agar tidak menyakiti hati orang lain.

Dalam tulisannya untuk Psychology Today, seorang psikolog dan peneliti di Metropolitan State University di St Paul, Minnesota, Dave Smallen, PhD, mengidentifikasi kebiasaan-kebiasaan buruk dalam percakapan yang harus dihindari, terutama oleh orang yang pandai berbicara.

Baca juga: 5 Alasan Orang Pintar Hindari Kurang Tidur

Smallen lantas menegaskan, intinya bukanlah menjadi sempurna sepanjang waktu, melainkan menyadari "jebakan-jebakan" ini dan bagaimana kita tampil di hadapan orang lain.

Hal-hal yang harus dihindari

Nah, dari keenam kebiasaan tersebut, Smallen pun memaparkan tiga hal utama yang perlu dihindari oleh orang-orang yang pandai berbicara saat terlibat percakapan seperti berikut ini.

1. Menginterupsi

Interupsi mungkin tidak tampak seperti masalah besar bagi kita, tetapi ini bisa menjadi masalah yang besar bagi orang lain.

Menurut Smallen, menginterupsi bisa menjadi ekspresi kekuasaan (misalnya, atasan menyela bawahan, bukan sebaliknya), dan penelitian telah berulang kali menunjukkan wanita lebih sering disela daripada pria.

"Intinya adalah, menginterupsi itu buruk dan kita tidak boleh melakukannya," terangnya.

Jika kita benar-benar harus menginterupsi seseorang karena berbicara panjang lebar dan kita perlu segera pergi, maka kita memminta maaf saat melakukannya.

Dan, seperti yang dikatakan Smallen, jika kita menyadari bahwa kita telah menginterupsi seseorang, tidak masalah untuk mengatakan, "Ups, maaf saya menginterupsi. Lanjutkan saja."

2. Tidak mau kalah dari orang lain

Seorang rekan kerja memberi tahu kita bahwa dia jatuh dari tangga dan pergelangan kakinya terkilir. Lalu kita menceritakan bahwa kita pernah jatuh dari atap dan tulang paha kita patah.

Itu juga disebut sebagai one-upping atau merasa tidak mau kalah dari orang lain dalam sebuah percakapan.

Entah topiknya adalah sesuatu yang baik atau buruk, hal ini cenderung membuat orang lain merasa diremehkan.

"Mereka mungkin merasa bahwa kita tidak terlalu peduli dengan pencapaian atau masalah mereka," kata Smallen.

"Baik itu orang yang kita ajak bicara adalah karyawan, kolega, atau pelanggan, itu bukanlah pesan yang ingin kita sampaikan," ujar dia.

Tetapi masalah yang lebih besar lagi adalah jika kita berencana untuk menyanggah cerita yang disampaikan seseorang kepada kita, kita mungkin tidak benar-benar mendengarkannya, melainkan merencanakan apa yang akan kita katakan sebagai tanggapan.

Baca juga: Pentingnya Komunikasi dalam Pernikahan

Hal ini tentu saja tidak baik karena sulit untuk memiliki hubungan yang baik dengan seseorang apabila kita tidak mendengarkan orang lain.

Jadi, cobalah untuk memusatkan perhatian pada apa yang dikatakan orang lain dan simpanlah cerita kita untuk lain waktu.

Atau jika kita benar-benar merasa perlu untuk menceritakan kisah kita sendiri, luangkan waktu terlebih dahulu untuk merespons secara khusus kisah yang orang lain ceritakan kepada kita.

"Akan sangat membantu jika kita terlebih dahulu mengetahui bagaimana perasaan orang lain tentang pengalaman mereka sebelum berbagi pengalaman kita sendiri," tambah Smallen.

3. Memberi nasihat tanpa diminta

Kadang-kadang orang bercerita tentang hal-hal sulit yang terjadi dalam pekerjaan atau kehidupan mereka karena mereka tidak yakin apa yang harus dilakukan dan menginginkan saran dari kita.

Namun sering kali, orang hanya merasa perlu untuk membicarakan apa yang membuat mereka kesal kepada pendengar yang simpatik.

Jika itu yang terjadi, maka memulai dengan analisis kita tentang situasi dan memberikan saran tentang cara mengatasinya hanya akan membuat orang lain frustrasi dan merasa disalahpahami.

Terkadang sulit untuk mengetahui apakah seseorang benar-benar menginginkan saran kita atau hanya merasa perlu untuk curhat saja.

Smallen pun menyarankan solusi yang mudah, yakni dengan menanyakan secara langsung kepada orang tersebut.

Baca juga: 10 Aturan Komunikasi yang Buat Semakin Percaya Diri

Tetapi, kita juga bisa memerhatikan dengan seksama sinyal nonverbal dan dengarkan dengan seksama tanggapan maupun nada bicara mereka untuk menentukan apakah mereka membutuhkan saran kita.

"Faktanya, mendengarkan dengan seksama dan memerhatikan dengan seksama adalah dua hal yang paling ampuh untuk melakukan percakapan yang lebih baik dalam setiap situasi," ungkap Smallen.

"Kebanyakan orang tidak akan melakukan dua hal ini karena itu berarti menempatkan fokus pada orang lain daripada diri mereka sendiri, dan kebanyakan dari kita lebih suka fokus pada diri kita sendiri daripada orang lain."

"Ingatlah hal ini, maka kita akan mendapatkan keuntungan instan sebagai pembicara. Karena jika kita benar-benar mendengarkan dan menyimak orang lain, kita bisa lebih menghormati orang lain dalam sebuah percakapan," imbuh dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Inc
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com