Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Pernikahan Dini yang Tidak Dinantikan

Kompas.com, 6 Maret 2023, 11:21 WIB

Artikel ini adalah kolom, seluruh isi dan opini merupakan pandangan pribadi penulis dan bukan cerminan sikap redaksi.

Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Selly Feransa dan Riana Sahrani*

Negara kok ribet amat sih ngatur usia pernikahan? Kalau udah sama-sama cinta dan saling yakin, siapa takut?”

BEGITU ujaran sekumpulan remaja yang nampaknya masih berada di tingkat awal semester di salah satu perguruan tinggi.

Pemerintah Indonesia jelas mengatur usia pernikahan yang diatur dalam UU Nomor 16 Tahun 2019 bahwa, “Perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 tahun.”

Lalu kenapa usia begitu pentingnya diatur oleh negara? Baru-baru ini ada satu film yang dapat dijadikan contoh untuk penggambaran pernikahan dini, yaitu “Ginny and Georgia”.

Banyak orang mengatakan film itu merupakan cerita kehidupan seseorang yang nyata, lalu dikemas sedemikian rupa agar menciptakan alur yang menarik dan dapat dinikmati oleh banyak orang.

Digambarkan mengapa usia itu menjadi salah satu indikator kelayakan pasangan dapat menikah.

Dalam film tersebut, diceritakan bahwa ada seorang ibu muda, yang mempunyai anak berusia remaja. Ia sendiri mengalami pernikahan diri sewaktu usianya 15 tahun.

Saat ini suaminya sudah meninggal, sehingga ia terpaksa harus mengasuh dua anak yang masih berusia remaja.

Selanjutnya film ini mengisahkan bagaimana perjalanan sang ibu dalam membesarkan anak-anaknya tersebut.

Seperti juga yang sudah diberitakan di Kompas tanggal 1 Februari 2023, bahwa kasus perkawinan anak terus bertambah di Indramayu dan juga daerah lain di Indonesia. Pengadilan Agama Indramayu menerima 572 pengajuan dispensasi untuk menikah.

Dispensasi pernikahan anak adalah pemberian hak kepada seseorang untuk menikah, walau anak tersebut belum mencapai batas minimum usia pernikahan, yaitu 19 tahun.

Anak-anak tersebut menikah pada umumnya karena sudah mengalami hamil terlebih dahulu, sehingga terpaksa dinikahkan. Ada juga karena faktor ekonomi dan kemiskinan, sehingga lebih baik dinikahkan.

Dampak dari pernikahan dini ini pada umumnya adalah kekerasan dalam rumah tangga dan/atau perceraian.

Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kesuksesan suatu pernikahan di antaranya:

Pertama, faktor usia. Idealnya orang menikah ketika mencapai usia dewasa. Usia sangat erat dengan tahap perkembangan sesorang, mulai dari perkembangan fisik, kognitif, psikososial, emosi dan moral.

Menurut Erikson (salah satu tokoh Psikologi Perkembangan), remaja sedang berada dalam tahap Identity versus Identity Confusion. Di mana sesorang sedang berusaha mencari jawaban untuk dirinya sendiri, siapa saya, masa depan saya akan menjadi seperti apa, apa tujuan hidup saya.

Proses berpikir sedang diasah agar remaja dapat mempersiapkan diri, agar di fase perkembangan selanjutnya ia dapat menjadi pribadi yang matang dalam mengambil keputusan.

Banyak keputusan yang ia buat bahkan untuk dirinya sendiri, bukan berdasarkan pertimbangan matang, melainkan berdasarkan trial and error. Kadang bisa jadi penyelesaiannya benar, kadang emosi lebih memengaruhi keputusannya ketimbang faktor logika.

Kedua, faktor pendidikan atau sekolah. Ada peribahasa menyebutkan bahwa ‘kejarlah ilmu setinggi-tingginya’.

Dalam film yang penulis sebutkan di atas, diceritakan bahwa sang ibu terpaksa tidak menyelesaikan tingkat pendidikan SMA-nya.

Tanpa bermaksud mengatakan bahwa lulusan Diploma, Sarjana, Master atau Doktoral pasti lebih baik dalam mengurus anak. Namun, semakin tinggi pendidikan yang kita bisa capai, mendukung kita untuk mempunyai lebih banyak wawasan yang kita miliki.

Semakin kompleks permasalahan yang kita harus hadapi di jenjang Pendidikan, membuat kita terbiasa untuk mengambil keputusan dengan mempertimbangkan berbagai konsekuensi dari setiap keputusan yang kita ambil.

Bukan hanya itu, di sekolah kita bertemu dengan sebagian kecil komunitas masyarakat tempat kita tinggal, kita dihadapkan pada aturan yang harus dipatuhi.

Sekolah mengajarkan kita bagaimana harus berinteraksi secara tepat dengan berbagai karakter orang, serta bagaimana kita menjalankan aturan di masyarakat agar tidak merugikan banyak pihak.

Wawasan seseorang adalah salah satu aspek kecerdasan yang membedakan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan persoalan.

Penulis masih ingat satu adegan dan dialog yang menarik dalam film tersebut, ketika sang anak mengatakan “saya tahu yang kamu lakukan itu baik untuk saya, tapi setidaknya lakukanlah dengan cara yang benar.”

Ketiga, faktor keluarga. Keluarga merupakan bentuk lain selain sekolah, yaitu pendidikan non-formal yang memiliki peran sangat besar.

Keluarga memberikan contoh dan ilmu bagaimana seseorang dapat berperilaku secara adaptif. Sedari kecil pasti kita akan dihadapkan pada situasi-situasi yang tidak menyenangkan, dalam hal ini orangtua memiliki peran sangat besar memberikan contoh bagaimana cara yang tepat untuk mengatasi situasi yang tidak menyenangkan maupun sebaliknya.

Keluarga merupakan ‘sekolah’ non formal yang memiliki aspek paling penting untuk mendampingi setiap individu, dalam melewati krisis setiap tahap perkembangannya.

Dalam keluarga anak belajar bagaimana mengekspresikan dan menerima afeksi yang tepat. Keluarga juga mengajarkan bagaimana Anda menghadapi dan menyelesaikan konflik, bahkan dengan orang yang paling dekat sekalipun.

Intinya keluarga memberikan contoh yang mempermudah anak dalam menyelesaikan persoalan secara adaptif. Keluarga membentuk karakter anak dengan berbagai pengalaman yang diperoleh anak.

Kesimpulannya adalah menjalani peran baru sebagai orangtua bukanlah perkara mudah, terlebih pada orangtua yang masih berusia remaja.

Pernikahan merupakan tanggung jawab yang sangat besar. Kita tidak lagi bertanggung jawab untuk diri sendiri, melainkan bertanggung jawab juga terhadap kehidupan orang lain sepanjang hidupnya, yaitu anak.

Maka pernikahan pada usia remaja seharusnya dapat dihindari. Peran kontrol diri sendiri, orangtua, teman, dan lingkungan masyarakat sangat penting, sehingga menjaga anak dan remaja tetap berperan sesuai dengan usianya.

Menjadi orangtua muda bukanlah pilihan yang ideal, seharusnya remaja dapat mengembangkan diri, produktif, serta berprestasi di sekolah dan di masyarakat.

Tentunya peran pemerintah dalam hal ini sangat krusial, karena salah satu pemicu remaja menikah muda adalah permasalahan ekonomi atau kemiskinan.

*Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Bukan Jarang Bertengkar, Ini Satu Tanda Hubungan Sehat yang Sering Terlewat Menurut Psikolog
Relationship
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Lebih Ringan dan Resposif, Puma Andalkan Teknologi Nitrofoam untuk Sepatu Lari
Wellness
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Mengenal Hydroxyapatite, Kandungan Pasta Gigi yang Bisa Memperkuat Enamel
Wellness
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Michael Kors Hadirkan Nuansa Liburan Musim Dingin yang Glamour
Fashion
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Tips Memilih Pasta Gigi yang Aman, Termasuk Pilih yang Bisa Mencegah Plak
Wellness
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Rita Berhasil Turunkan Berat Badan Tanpa Olahraga Berat, Dimulai dari Mengubah Pola Makan
Wellness
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Bisakah Obat Kumur dan Benang Floss Menggantikan Pasta Gigi?
Wellness
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Ice Facial Viral di Media Sosial, Ini Manfaat dan Cara Aman Melakukannya
Wellness
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Perhatikan 3 Hal Ini Saat Membeli Perhiasaan Emas, Jangan Sampai Rugi
Fashion
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Mengapa Anak di Bawah 16 Tahun Dinilai Belum Siap Bermedia Sosial?
Parenting
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
6 Zodiak yang Bisa Menikmati Waktu Sendiri Tanpa Kesepian, Ada Aquarius
Wellness
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
4 Zodiak Dikenal Paling Penyayang pada Hewan Peliharaan, Siapa Saja?
Wellness
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Tips Mix and Match Kebaya Encim, Warna Kontras Bikin Lebih Hidup
Fashion
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Luna Maya Pilih Olahraga Pagi demi Kebugaran dan Kesehatan Mental
Wellness
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Menjajal Facial Brightening untuk Wajah Tampak Cerah dan Segar
Beauty & Grooming
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau