Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pentingnya Deteksi Dini pada Anak untuk Cegah Gangguan Pendengaran

Kompas.com - 07/03/2023, 13:00 WIB
Dinno Baskoro,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Masalah gangguan pendengaran pada anak penting untuk jadi perhatian para orangtua.

Pasalnya, Kementerian Kesehatan mengumumkan sekitar 5.200 bayi terancam mengalami gangguan pendengaran atau tuli saat lahir.

Data Riset Kesehatan Dasar 2018 juga menunjukkan prevalensi gangguan pendengaran penduduk usia lima tahun ke atas di Indonesia sebesar 2,6 persen.

Selain karena screening gangguan pendengaran anak masih minim, kemungkinan kasus dari prevalensi tersebut dikarenakan kurangnya kesadaran bagi orangtua terhadap faktor risiko yang jadi penyebab gangguan pendengaran anak.

Bersamaan dengan momen World Hearing Day 2023 yang digelar Kasoem Hearing Center di car free day (CFD) Sudirman, Jakarta, belum lama ini, praktisi medis lainnya mengingatkan betapa pentingnya kesadaran untuk mencegah gangguan pendengaran sejak dini.

Seperti dikatakan dr. Harim Priyono, Sp.THT-KL (K) dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang mengimbau orangtua baru untuk menyadari risiko masalah pendengaran anak dengan deteksi dini. 

"Screening gangguan pendengaran masih belum menyeluruh. Karena itu orangtua perlu menyadari pentingnya deteksi dini terhadap masalah pendengaran anak," kata dokter Harim dalam keterangannya kepada Kompas.com.

Salah satunya upaya melakukan pemeriksaan Otoacoustic Emission (OAE) yang termasuk sebagai universal newborn hearing screening.

Metode ini mampu mendeteksi fungsi sel rambut halus pada bagian luar rumah siput yang bekerja sebagai penangkap sinyal atau gelombang suara.

Kemudian metode screening Auditory Brainstem Response (ABR)/(BERA) yang mendeteksi sinyal listrik di batang otak.

Jika program universal newborn hearing screening giat dilakukan fasilitas kesehatan, maka gangguan pendengaran sejak dini akan terdeteksi dan dapat dicegah.

"Sayangnya program tersebut belum rutin dilakukan di negara berkembang termasuk Indonesia," kata dia.

Sementara itu, implan koklea atau cochlear implant dapat menjadi jalan terakhir bagi mereka yang mengalami gangguan pendengaran.

Sebab metodenya tidak hanya dapat dilakukan oleh orang dewasa, tapi juga pada bayi berusia enam bulan.

Koklea merupakan organ pendengaran yang berfungsi mengirim pesan ke syaraf pendengaran dan otak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com