KOMPAS.com - Tikus adalah hama yang dapat menyebarkan penyakit melalui air liur, kotoran, atau air seninya.
Hewan pengerat ini juga sering menjadi inang tungau, kutu, dan parasit lain yang dapat menularkan penyakit kepada manusia.
Untungnya, tikus tidak agresif dan biasanya hanya menggigit manusia ketika merasa terancam atau terpojok.
Selain itu, gigitan tikus biasanya tidak serius.
Namun tetap merupakan ide yang baik untuk menemui dokter jika kita digigit, karena gigitan tikus bisa menimbulkan risiko infeksi.
Sebab, hewan ini membawa bakteri dan virus yang dapat menyebabkan kondisi yang berpotensi mematikan.
Baca juga: 5 Kondisi Lingkungan yang Bikin Tikus Betah Bersarang di Rumah
Nah, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai potensi efek samping hingga perawatan apa yang perlu dilakukan jika digigit tikus, simak penjelasan selengkapnya berikut ini.
Tikus memiliki gigi depan yang kuat yang dapat menghancurkan kulit jika menggigit kita.
Gigitan hewan ini juga dapat menyebabkan sensasi mencubit yang tajam dan mengeluarkan darah. Biasanya, gigitannya menyebabkan luka tusukan tunggal.
Kemungkinan besar kita akan digigit tikus jika kita memegangnya.
Namun, dalam keadaan yang jarang terjadi, tikus dapat menggigit jika merasa terancam, meskipun tidak disengaja.
Sebagian besar risiko gigitan tikus berasal dari potensi infeksi bakteri atau virus. Gigitan tikus juga dapat menyebabkan reaksi alergi pada beberapa orang.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), hewan pengerat kecil termasuk tikus hampir tidak pernah membawa rabies.
Baca juga: Tak Hanya Keju, Ini 5 Makanan Terbaik untuk Perangkap Tikus
Sebuah studi kasus tahun 2014 menggambarkan seorang penjaga hewan yang mengalami reaksi alergi setelah digigit tikus laboratorium.
Pria berusia 55 tahun itu menerima gigitan di jari tengahnya.