KOMPAS.com - Kasus kekerasan Mario Dandy hingga yang terbaru Aditya Hasibuan, anak dari AKBP Achiruddin Hasibuan memberikan pelajaran penting untuk orangtua.
Tak hanya menghujani anak dengan kasih sayang dan materi namun juga pendidikan agar menjadi pribadi yang jauh dari kekerasan.
Dikutip dari Psychalive, kekerasan adalah hasil dari kombinasi faktor biologis, sosial, dan psikologis, terutama yang meningkatkan keterpaparan terhadap kerentanan, rasa malu, dan penghinaan.
Baca juga: Kasus Mario Dandy; Mengapa Anak Muda Suka Merekam Aksi Kekerasan?
Kita bisa mencegah anak menjadi pelaku kekerasan dengan membuat mereka merasa aman, diperhatikan, dan terhubung.
Tentunya sembari memastikan anak memiliki kepercayaan diri dan harga diri yang sehat dan realistis.
Orangtua perlu memastikan anak jauh dari kekerasan sejak dini agar tidak menjadi pelakunya di kemudian hari.
Ada beberapa hal yang perlu diterapkan dalam pola pengasuhan yang kita terapkan, seperti uraian berikut ini.
Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak membutuhkan minimal lima orang dewasa yang peduli untuk membantu mereka tumbuh bahagia dan sehat.
Bukan hanya orangtua namun juga om, tante, kakek-nenek, guru atau teman keluarga yang bisa menjadi panutan.
Baca juga: Pelaku Bullying di Bawah Umur Berpotensi Lakukan Kekerasan Saat Dewasa
Dorong orang-orang yang baik hati, penyayang, dan beretika untuk hadir dalam kehidupan buah hati kita sejak awal.
Orangtua bisa melakukan hal ini dengan beberapa langkah antara lain:
Orangtua yang mengakui dan meminta maaf secara terbuka atas kesalahan membuktikan sikap manusiawi yang juga membutuhkan kepedulian dan perhatian.
Misalnya dengan mintalah anak untuk menjelaskan bagaimana perasaannya saat dipukul.
Bayangan rasa sakit yang dialami bisa membantu mereka merasakan kasih sayang dan simpati sambil memahami apa artinya menyakiti seseorang.
Baca juga: Ajarkan Empati pada Anak Berpengaruh pada Kecerdasan Emosional
Hindari silent treatment atau sikap menghindar pada anak sebagai bentuk hukuman.
Tindak kenakalan sering kali menjadi upaya mencari perhatian sehingga isolasi hanya akan memperburuknya.
Remaja yang bertingkah membutuhkan lebih banyak perhatian, bukan lebih sedikit.
Baca juga: 10 Kesalahan Ayah saat Menghukum Anak
Mengintensifkan perawatan saat remaja bertindak mematahkan siklus hukuman, sekaligus mengurangi kemungkinan mereka melakukan kekerasan.
Cara ini terbukti efektif bahkan pada remaja dengan kecenderungan psikopat.
Jangan hanya memberikan pujian palsu yang akan meningkatkan sikap sombong dan arogansi.
Hal ini bisa memicu tindak kekerasan di masa mendatang, yang tentunya tidak kita inginkan.
Sebaliknya, bimbing anak untuk menemukan bakat dan kemampuannya lalu puji mereka untuk pencapaian yang nyata.
Hal ini membuat mereka mengetahui nilai dirinya sehingga memiliki harga diri yang sehat.
Baca juga: Bahaya Orangtua Toxic terhadap Perkembangan Anak
Saat melakukan hukuman fisik yang kasar artinya orangtua memberikan contoh negatif untuk tidak simpatik, lepas kendali dan dikendalikan amarah.
Baca juga: Kenali, 8 Tanda Anak Remaja Berpotensi Jadi Pelaku Kekerasan
Pastikan hukuman orangtua merupakan bentuk kepedulian dan kepedulian terhadap perasaan dan perilaku anak dan bukan dari masalah emosional kita sendiri.
Ajari anak soal cara yang baik untuk menenangkan diri saat mereka kesal dan berikan contoh nyata.
Penting untuk menunjukkan kemampuan kita mengelola emosi, memecahkan masalah dan strategi yang diambil di depan anak.
Baca juga: Cara Mengontrol Emosi Agar Amarah Terkendali
Jadikan ini momen untuk mendemonstrasikan teknik sehat untuk menangani konflik dan emosi sehingga mendorong anak untuk melakukan hal yang sama.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.