Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gaya Hidup Slow Living, Bantu Diri Terbebas dari Stres, Yuk Coba...

Kompas.com - 19/05/2023, 14:43 WIB
Dinno Baskoro,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menjalani segudang aktivitas dan kehidupan yang serba cepat dapat membuat seseorang merasa kewalahan, stres, kelelahan hingga kejenuhan.

Biasanya hal itu didorong oleh tuntutan yang tinggi, tekanan hingga harapan untuk selalu sedia kapan pun dan di mana pun, terutama saat bekerja. 

Hal itu pun terbukti melalui laporan dari The American Psychological Association (APA).

Di sana diungkap, 79 persen orang mengalami tingkat kejenuhan yang tinggi dalam pekerjaan mereka, menghadapi tekanan seperti paranoia produktivitas, dan harapan untuk selalu dapat dihubungi.

Tetapi dalam menghadapi kehidupan yang serba cepat itu, sebenarnya ada satu gaya hidup yang bisa membantu membuat kita terbebas dari segala tuntutan di era modern, yaitu gaya hidup slow living.

Baca juga: 9 Gaya Hidup Raja Charles III yang Bikin Tetap Sehat Selama 74 Tahun 

Makna di balik gaya hidup slow living

Ilustrasi mindful eatingUnsplash Ilustrasi mindful eating

Slow living adalah gaya hidup yang menekankan pada kehidupan yang lebih sederhana, santai, dan lebih sadar akan waktu dan lingkungan sekitar.

Istilah "slow" berasal dari gerakan slow food yang dimulai di Italia pada tahun 1980-an yang menentang budaya cepat saji dan industri makanan besar.

Konsep "slow" kemudian berkembang menjadi gerakan yang lebih luas dan mencakup berbagai aspek kehidupan, seperti mode, perjalanan, kerja, dan konsumsi.

Gaya hidup slow living menekankan pada kualitas hidup yang lebih baik daripada kuantitas.

Ini berarti mengambil waktu untuk menikmati kegiatan sehari-hari, seperti makan dengan santai, berolahraga, atau menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman-teman.

Slow living juga mendorong kesadaran akan lingkungan sekitar dan berusaha mengurangi dampak negatif pada lingkungan dengan mengadopsi praktek yang lebih berkelanjutan.

Beberapa contoh praktek slow living misalnya, mengurangi konsumsi dan berusaha membeli barang-barang berkualitas yang lebih tahan lama.

Bisa pula dengan mengurangi penggunaan teknologi dan media sosial untuk mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan mental.

Lalu, memasak dan menikmati makanan secara perlahan dengan kesadaran akan bahan makanan yang digunakan.

Berjalan kaki atau bersepeda untuk melakukan aktivitas sehari-hari pun bisa menjadi salah satu contoh slo living.

Berlibur dengan cara yang lebih santai dan menghindari turisme massa, pun merupakan salah satu contoh lainnya.

Nah, gaya hidup slow living dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

Antara lain karena -seperti yang diurai di atas- gaya hidup ini menekankan kita untuk lebih berhati-hati dalam cara menghabiskan waktu, menghadapi tekanan, dan menjalani kehidupan yang serba cepat.

Menerapkan gaya hidup ini dalam kehidupan sehari-hari dapat membantu kita terhindar dari kondisi yang memicu stres hingga kejenuhan dalam menjalani rutinitas.

"Ini tentang menciptakan hubungan yang bermakna dengan orang-orang dan lingkungan di sekitar kita."

"Menjalani hidup tanpa tergesa-gesa atau khawatir dan meluangkan waktu untuk menghargai momen-momen kecil,"

Demikian kata Candace Kotkin-De Carvalho, pekerja sosial berlisensi dan direktur klinis di Absolute Awakenings, seperti dilansir dari laman The Healthy.

Baca juga: Slow Living 

Manfaat gaya hidup slow living

Tips mengurangi rasa cemas.iStockphoto/Daniel de la Hoz Tips mengurangi rasa cemas.

Daniel Wysocki, seorang psikolog berlisensi yang berbasis di Arkansas, AS juga mengatakan, gaya hidup slow living memang bisa membantu untuk mencegah stres kronis, kejenuhan hingga berbagai gangguan kesehatan mental.

Secara tidak langsung manfaatnya juga baik bagi kesehatan fisik, karena menurut Perpustakaan Kedokteran Nasional AS, stres kronis ini berkaitan dengan sebagian besar masalah kesehatan yang juga kronis.

Seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, masalah usus, diabetes, obesitas, masalah kulit, gangguan tidur, hingga depresi.

"Memasukkan gagasan slow living ke dalam hidup kita, itu berarti menyeimbangkan waktu kerja, kewajiban, rekreasi dan relaksasi," kata Wysocki.

Pola hidup yang berorientasi pada keseimbangan ini pun secara langsung bisa membantu kita terhindar dari stres, kejenuhan hingga kewalahan dalam menjalani segudang aktivitas sehari-hari.

Pendekatan yang dilakukan pun mirip seperti mindfulness yang mengharuskan kita lebih bisa menciptakan ruang untuk membuat keputusan secara sadar.

Baca juga: Shufa, Seni Kaligrafi China yang Bisa Mencegah Stres

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com