Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

7 Peran yang Bisa Dimainkan Anak Muda, Anda yang Mana?

Kompas.com - 23/05/2023, 10:28 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Anak muda perlu maju dan menciptakan inovasi yang bisa menyelesaikan masalah itu. Sudah banyak anak muda yang berinovasi untuk menyelesaikan tiga masalah ini. Ada Sayurbox yang ingin membantu menyejahterakan petani dengan menjual produknya langsung ke konsumen. Shinta Nurfauzia yang membuat Lemonilo, produsen makanan sehat yang kini semakin berkembang.

Semakin banyak anak muda yang menjadi innovation creator, Indonesia akan lebih cepat untuk menjadi negara maju.

Energy Converter

Peran sebagai energy converter lebih kepada bagaimana kita mengelola diri, emosi, dan energi kita. Energy converter berkaitan dengan kesadaran kita akan energi negatif yang ada di sekeliling kita.

Banyak energi negatif yang kita dapatkan entah disadari atau tidak. Misalnya ketika kita melihat media sosial atau bertemu orang lain. Energi negatif itu  bisa menguras energi positif yang ada dalam diri kita, sehingga memengaruhi aktivitas kita.

Agar bisa mengubah energi negatif menjadi positif, anak muda perlu mengetahui dirinya terlebih dahulu, sebagaimana telah dikemukakan Sokrates. Menurut Petrovici & Dobrescu (2014), ajaran Sokrates tentang mengetaui diri sendiri bisa diterapkan dalam bentuk pengendalian emosi seseorang dan menyesuaikannya dengan konteks.

Saat kita mengetahui diri sendiri, kita bisa lebih cenderung berinteraksi secara positif. Ketika kita berinteraksi secara positif, kita pun juga mendapatkan energi positif.

Ada tiga kunci agar kita bisa mengubah energi negatif menjadi positif: reaksi, pola pikir, dan cara kita memaknai sebuah peristiwa. Ketiga hal ini bisa membantu energi kita menjadi positif atau negatif.

Sadhguru, dalam bukunya berjudul Karma: Panduan Seorang Yogi untuk Menciptakan Takdir Anda, mengatakan,  cara kita mengalami hidup adalah tanggung jawab kita, karena kemampuan kita meresponlah yang menentukan sifat pengalaman kita. Karena itu, anak muda harus jadi orang dengan mindset positif dan memaknai peristiwa dengan bijak.

Civilization Caretaker

Menjaga peradaban berarti bagaimana kita lebih peka terhadap keadaan masyarakat dan melakukan aksi nyata. Peran ini menuntut anak muda lebih memajukan masyarakatnya, tidak hanya di bidang ekonomi, tetapi di berbagai bidang seperti pendidikan, keadilan gender, lingkungan, kesehatan, toleransi dan keberagaman.

Fokus civilization caretaker adalah menjaga dan meningkatkan kapasitas masyarakatnya. Udensi et al (2013) berargumen, ratusan ribu anak muda menjadi ujung tombak perubahan sosial yang positif – memimpin prakarsa komunitas, mengoperasikan bisnis kecil, dan membentuk kembali proses politik.

Di Indonesia juga demikian, banyak anak muda sudah membuat komunitas serta menciptakan proyek berdampak di masyarakat. Menjadi relawan pun salah satu aktivitas yang bisa menjaga peradaban, khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan.

Menurut riset dari Institute for Volunteering Studies tahun 2022, dua bidang itu menjadi yang terbesar, dengan pendidikan sebesar 21 persen dan kesehatan 20 persen. Hasil ini menunjukkan kesadaran anak muda untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan.

Lifelong Learners

Semua peran di atas tidak bisa dilakukan jika anak muda tidak memiliki jiwa pembelajar sejati. Belajar tidak hanya sampai bangku kuliah, tetapi merupakan kegiatan seumur hidup. Setiap hari kita belajar hal baru yang menguatkan kapasitas kita sebagai pribadi.

Poquet & De Laat (2021) menyatakan,  kita perlu fokus mengembangkan kapabilitas kita. Zaman terus berkembang dan anak muda perlu menjaga relevansinya agar bisa menjawab tantangan zaman. Belajar adalah sebuah kewajiban sekaligus kebutuhan.

Laal & Salamati (2012) menjelaskan tiga manfaat besar menjadi seorang lifelong learner: mampu beradaptasi dengan perubahan, mendapatkan gaji yang lebih besar, dan memperkaya hidup karena bisa berinteraksi dengan kehidupan secara aktif dan bermakna.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com