Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Minimnya Tren Sustainable Living di Indonesia

Kompas.com - 06/06/2023, 17:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ristiana D. Putri

KOMPAS.com - Kondisi bumi yang semakin mengkhawatirkan membuat aktivis lingkungan hingga kepala pemerintahan di seluruh dunia menganjurkan untuk menerapkan gaya hidup berkelanjutan (sustainable living).

Gaya hidup ini menganjurkan kita untuk tidak merusak lingkungan sehingga tetap menjaga ekosistem bumi.

Bahkan, kita justru semakin menjaganya. Menurut UN Environment, kehidupan manusia mayoritas dipengaruhi oleh kota-kota besar, mulai dari apa yang kita makan, bagaimana cara hidup kita, hingga hal apa yang ingin kita beli.

Melalui gaya hidup berkelanjutan, diharapkan tidak hanya mengubah suatu individu, melainkan seluruh manusia yang berada di lingkungan tersebut. Namun, hal ini dapat dimulai dari satu individu. Salah satunya Bukhi Prima.

Dalam siniar Beginu episode “Menemukan Kebahagiaan dari Gaya Hidup Berkelanjutan” dengan tautan dik.si/BeginuBukhi, Bukhi berbagi pencarian inspirasinya mengenai relasi hidup berkelanjutan dengan spiritualitas yang berujung kepada kebahagiaan.

Sustainable Living di Indonesia

Pada tahun 2050, populasi dunia diperkirakan dapat mencapai 10 miliar sehingga semakin banyak permintaan akan sandang, pangan, dan papan. Di samping itu, kompetisi atas kebutuhan dasar ini semakin meningkat sehingga makin banyak pula orang yang tidak mampu meraihnya.

Baca juga: Menjadi Esensialis, Utamakan Hal Penting

Di sisi lain, bumi yang semakin tua dan terus dikuras kekayaan alamnya juga diprediksi akan kehilangan sumber daya sehingga memicu perubahan iklim ekstrem. Hal ini membuat banyak orang mulai mengkampanyekan gaya hidup berkelanjutan untuk memahami bagaimana pilihan gaya hidup kita berdampak pada dunia di sekitar.

Gaya hidup berkelanjutan untuk pertama kalinya muncul dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB. Program Lingkungan PBB bertujuan melihat apa itu gaya hidup berkelanjutan dan bagaimana pengambilan keputusan dapat dimanfaatkan dengan lebih baik untuk bumi.

Dalam istilah lainnya, gaya hidup berkelanjutan bertujuan untuk mencapai keseimbangan lingkungan. Terkadang, hal ini disebut “net zero living”. Dengan kata lain, mengembalikan lagi ke bumi apa pun yang manusia ambil darinya agar ekosistem tetap seimbang.

Sayangnya, pemahaman soal ini masih minim di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan survei oleh YouGov-Cambridge Globalism Project yang menyatakan sebanyak 18 persen masyarakat Indonesia masih tak mau mengakui terjadinya perubahan iklim yang disebabkan ulah manusia.

Prinsip-prinsip Sustainable Living

Dalam menerapkan gaya hidup berkelanjutan, seseorang harus memiliki prinsip-prinsipnya agar relevan.

Mengutip Conserve Energy Future, ada empat pilar utama bagi kehidupan berkelanjutan, yaitu meminimalkan limbah, membatasi penggunaan sumber daya alam, pemanfaatan lingkungan secara bijak, dan memastikan lingkungan kerja atau hidup yang berkualitas.

Selain itu, kita juga harus mengefektifkan penggunaan lahan agar tak merusak lingkungan hidup satwa liar. Kita beberapa kali mendapat berita hewan masuk rumah atau pekarangan warga, padahal hal itu terjadi karena manusia telah merampas habitat serta jalur yang kerap mereka lewati.

Baca juga: Manfaat Berbicara dengan Diri Sendiri

Menggunakan air secara bijak juga merupakan bagian dari prinsip gaya hidup berkelanjutan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com