Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oversleeping, Penyebab, Gejala hingga Pengobatannya

Kompas.com - 18/06/2023, 20:38 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jumlah jam tidur yang tepat bagi setiap orang bervariasi. Namun bagi orang dewasa, tidur lebih dari sembilan jam umumnya dianggap sebagai tidur berlebihan atau oversleeping.

Oversleeping yang terjadi secara terus-menerus bukanlah hal yang baik, dan dapat menandakan sesuatu yang lebih serius.

"Terkadang, tubuh kita membutuhkan waktu pemulihan ekstra," kata ahli tidur Michelle Drerup, PsyD, DBSM.

"Cedera atau penyakit, bahkan jadwal kerja yang menghambat kita mendapatkan cukup tidur, bisa membuat kita tidur lebih lama dari biasanya. Biasanya, ini bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan."

Namun, ada kalanya tidur berlebihan memang perlu diperhatikan. Drerup menjelaskan secara lebih rinci.

Definisi oversleeping

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), orang dewasa umumnya membutuhkan antara 7-9 jam tidur setiap malam.

Sedangkan, remaja usia 13-18 tahun disarankan tidur antara 8-10 jam setiap malam.

Namun, ada variasi individual dalam hal ini. Beberapa orang merasa baik-baik saja setelah tidur selama 6 jam.

Di sisi lain, ada juga orang yang tidur lama yang biasa tidur pukul 21.00 dan bangun pada pukul 7.00. Jadi, apa yang terpenting adalah menyesuaikan dengan kebutuhan tidur kita.

Namun, jika kebiasaan tidur mengganggu fungsi sehari-hari, seperti kesulitan pergi bekerja, menghadiri kelas, menjaga kebersihan diri, atau menjalankan tugas-tugas harian, maka perlu untuk menjadi perhatian.

Baca juga: 6 Risiko Penyakit Akibat Kebanyakan Tidur

Gejalanya

Dalam kebanyakan kasus, orang yang tidur terlalu lama (hipersomnia) tidur selama 9 jam atau lebih per malam, selama berminggu-minggu, namun masih terbangun dengan rasa lelah dan bingung.

"Pengalaman umum saat oversleeping adalah semakin banyak tidur, semakin buruk perasaan yang dimiliki," ujar Drerup.

Berikut adalah beberapa tanda lain oversleeping:

  • Terlelap meski alarm sudah berbunyi
  • Terbangun dengan alarm tetapi mematikannya dan kembali tidur
  • Terbangun tetapi tidak dapat bangkit dari tempat tidur
  • Sering terbangun dengan sakit kepala
  • Selalu merasa mengantuk, meski sudah lama tidur
  • Tidak pernah merasa segar kembali setelah tidur

Jika tanda-tanda ini terjadi selama lebih dari enam hingga delapan minggu, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan.

Baca juga: Sama Berdampak Negatif, Ini Efek Kurang Tidur dan Tidur Berlebih

Penyebab oversleeping

Menurut Drerup, ada dua gangguan yang menjadi penyebab utama.

1. Sleep apnea yang tidak diobati

Ini adalah gangguan yang menyebabkan kita berhenti bernapas saat tidur. Alhasil, otak mencoba membuat kita terbangun berkali-kali untuk memastikan kita bisa bernapas.

Orang dengan sleep apnea parah bisa terbangun lebih dari 30 kali setiap jam. Gangguan ini menghambat tidur yang sehat dan nyenyak.

Gejala sleep apnea meliputi kantuk siang, sakit kepala di pagi hari, dan kelelahan saat bangun.

Karena waktu tidur yang terpotong, penderita sleep apnea yang tidur lebih lama tidak merasa lebih baik.

Beruntungnya, sleep apnea dapat didiagnosis dan dikelola dengan bantuan tenaga medis atau ahli tidur.

2. Major depressive disorder

Major depressive disorder adalah gangguan suasana hati yang menyebabkan perasaan sedih yang terus-menerus, kehilangan minat pada aktivitas yang biasa dinikmati, serta gangguan pada pikiran, ingatan, pola makan, dan tidur.

"Orang dengan depresi seringkali tidur terlalu lama sebagai bentuk pelarian untuk menghindari menghadapi kehidupan sehari-hari," jelas Drerup.

Sebanyak 15 persen orang dengan depresi mengalami oversleeping. Namun, depresi juga dapat didiagnosis dan diobati.

Dengan pengobatan yang efektif, gejala depresi --termasuk oversleeping-- biasanya dapat dikendalikan.

Baca juga: Jangan Kebanyakan Tidur di Akhir Pekan, Ini Alasannya

Beberapa kondisi lain yang terkadang terkait dengan oversleeping meliputi:

  • Narkolepsi
  • Nyeri kronis
  • Hipotiroidisme
  • Konsumsi jenis obat tertentu
  • Gangguan penggunaan zat

Terkadang sulit untuk membedakan mana yang menjadi penyebab dan mana yang menjadi akibatnya, catat Drerup.

"Banyak hubungan bersifat dua arah, yang berarti efeknya dapat berjalan ke arah yang berbeda."

"Misalnya, depresi dapat menyebabkan tidur berlebihan, dan tidur berlebihan juga dapat memperburuk depresi," sambung dia.

"Atau nyeri kronis dapat menjadi penyebab tidur berlebihan, tetapi tetap berlama-lama di tempat tidur dapat memperburuk nyeri kronis."

Mengobati oversleeping

Langkah pertama adalah mengunjungi dokter keluarga atau dokter utama, sesuai saran Drerup.

Dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mengatasi sleep apnea jika pasien mengalami gejala seperti mendengkur dan terbangun dengan napas tersengal-sengal.

"Jika kita melaporkan sulit bangun dari tempat tidur karena merasa tidak ingin menghadapi hari atau tidak ada yang dinantikan, dokter mungkin menyarankan kita menjalani skrining depresi," sebut Drerup.

Dokter juga mungkin merujuk pasien ke klinik kedokteran tidur untuk evaluasi lebih lanjut. Berikut adalah langkah-langkah yang mungkin dijalani:

  • Pasien membuat janji dengan spesialis kedokteran tidur untuk meninjau riwayat tidur, pola tidur, dan gejala yang dialami.
  • Pasien menjalani studi tidur, yang bisa dilakukan di laboratorium kedokteran tidur atau di rumah tergantung keadaan.
  • Setelah studi tidur selesai, dokter akan meninjau dan menginterpretasi data yang terkumpul, kemudian menentukan apakah pasien memiliki kondisi medis tertentu dan mendiagnosisnya.
  • Dokter akan menghubungi pasien untuk memberitahukan hasil yang ditemukan dan memberikan rekomendasi untuk langkah selanjutnya, termasuk opsi pengobatan yang mungkin diperlukan.

Baca juga: Berapa Lama Tidur yang Kita Butuhkan?

Langkah pencegahan

Drerup menjelaskan beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengelola gejala oversleeping secara lebih baik:

1. Tetapkan waktu bangun yang konsisten
"Kita sering mengalami apa yang disebut 'inersia tidur,'" kata Drerup.

"Seperti dalam fisika, tubuh yang sedang istirahat cenderung ingin tetap beristirahat. Namun, tidur satu atau dua jam lebih tidak akan membuat kita merasa lebih baik. Jadi, atur waktu bangun yang tetap dan bangunlah sesuai jadwal."

2. Letakkan alarm di sisi lain ruangan
Begitu kita berdiri, kita mungkin lebih mudah untuk terus bergerak.

3. Buat alasan kuat untuk bangun
Janji temu pagi atau sarapan pagi bersama teman bisa menjadi motivasi untuk bangun dari tempat tidur.

4. Segera ke kamar mandi
Setelah bangun, langsung menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi.

"Pada titik itu, kita mungkin sudah terjaga untuk tetap bergerak," kata Drerup.

5. Merapikan tempat tidur setelah bangun
"Berbaring di tempat tidur, menonton televisi, dan tiduran tidak akan membuat kita merasa lebih segar," saran Drerup.

6. Melakukan aktivitas fisik
Lakukan olahraga setelah bangun tidur, dan akan lebih baik berolahraga di luar ruangan.

"Paparan cahaya di pagi hari dapat sangat membantu meningkatkan kewaspadaan kita," terang Drerup.

7. Minta bantuan dari orang rumah
"Orang rumah mungkin enggan membangunkan kita, namun pertimbangkan untuk meminta bantuan mereka," lanjut Drerup.

8. Pertimbangkan untuk minum secangkir kopi
"Bagi beberapa orang, penggunaan kafein dengan strategi tertentu bisa membantu," tambahnya.

"Selama dalam kondisi sehat, minum secangkir kopi di pagi hari - mungkin di luar ruangan saat matahari terbit - bisa menjadi cara yang memotivasi untuk memulai hari."

Baca juga: 4 Penyebab Sering Menguap Padahal Sudah Cukup Tidur

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com