KOMPAS.com - Bergosip menjadi hal yang menyenangkan bagi sebagian orang.
Namun perilaku ini dianggap buruk karena kecenderungan membicarakan urusan orang lain dan menyebarkan kabar palsu.
Namun yang mengejutkan, sejumlah ahli berpendapat jika bergosip sebenarnya bisa membawa manfaat psikologis dan sosial yang positif.
Baca juga: Heboh Ada Forum Gosip, Mengapa Warganet Senang Bergosip?
“Motif yang paling umum untuk bergosip adalah mengumpulkan informasi baru dan mencoba memastikan seberapa akuratnya," psikolog sosial di Amerika Serikat, Frank McAndrew.
"Tetapi kita sering bergosip hanya untuk kesenangan semata. Gosip santai, informal dan menghibur. Menurut definisi, ini menyenangkan," tambahnya.
Tak hanya itu, gosip juga mampu mendekatkan kita dengan teman, pada tingkat kimiawi yang dibuktikan secara ilmiah.
"Secara khusus, terlibat dalam gosip memicu lonjakan oksitosin, hormon yang terkait erat dengan perasaan baik dan pengalaman manusia yang positif seperti empati, ikatan ibu-bayi, dan kerja sama dengan orang lain," terang McAndrew.
Baca juga: Terungkap, Ini Tipe Orang yang Suka Bergosip
Megan Robbins, seorang psikolog di University of California Riverside mengatakan bahwa gosip juga memiliki fungsi moral.
Kebanyakan dari kita tidak ingin dikenal sebagai orang yang tidak bermoral, secara umum, atau seseorang yang harus dihindari.
"Gosip dapat membuat orang tetap terkendali, mengetahui bahwa ada kemungkinan orang akan membicarakan Anda dan bahwa gosip yang berpotensi negatif dapat menyebabkan reputasi buruk," terangnya.
Baca juga: Ternyata, Bergosip Dilakukan Semua Orang Setiap Hari, Percaya?
"Ini memenuhi fungsi prososial seperti itu," katanya, merujuk pada manfaat gosip untuk orang lain.
Robbins menambakan, cara lain untuk berfungsi sebagai fungsi prososial adalah dengan mengajari orang apa yang orang anggap sebagai bentuk perilaku yang benar dan salah.
"Jadi, meskipun gosip itu bukan tentang Anda, Anda mempelajari apa yang menurut orang benar-benar buruk atau perilaku yang sangat baik," pungkasnya.
“Saya membutuhkan informasi dari orang lain untuk mengetahui cara menavigasi dunia ini,” urainya.
Ia mencontohkan, saat rekan kerja di kantor baru bercerita soal kejadian yang membuat pekerja sebelumnya dipecat.
Baca juga: 4 Tips agar Tak Jadi Korban Gosip di Tempat Kerja
"Itu belum tentu gosip negatif, itu informasi yang perlu saya ketahui dalam hal apa yang memenuhi syarat sebagai pelanggaran di sini dan hal-hal apa yang perlu dilakukan agar tetap sejalan," kata Jackson.
Gosip memang memiliki sejumlah manfaat dalam kehidupan sosial.
Namun kebiasaan bergunjing ini memang berisiko berkembang menjadi tindakan picik dan kejam.
Baca juga: Dampak Buruk Berita Hoax pada Kesehatan Mental, Ini Penjelasannya
Jackson mengatakan bahwa ada perbedaan antara berbicara 'tentang seseorang' dan berbicara 'menjelekkan seseorang'.
Kadang kala, hal ini bisa terjadi ketika kita bertemu dengan orang-orang tertentu.
"Ini adalah sesuatu yang saya perhatikan dapat menjadi kebiasaan di perusahaan tertentu," kata Jackson.
Baca juga: Bergosip, Salah Satu Reaksi Natural terhadap Pelanggaran Norma
Sedangkan McAndrew berpesan, berbicara buruk tentang orang lain juga dapat merugikan diri sendiri.
“Banyak orang mungkin merasa buruk tentang diri mereka sendiri jika mereka terlibat dalam gosip 'buruk', yaitu gosip yang dimotivasi oleh keegoisan yang hanya merusak reputasi seseorang lain," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.