Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/07/2023, 12:00 WIB
Niken Monica Desiyanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.comSusu sapi merupakan sumber protein yang memiliki banyak manfaat untuk tubuh.

Oleh karena itu, susu sapi banyak diberikan orangtua untuk membantu memaksimalkan pertumbuhan pada anak.

Namun, kita perlu waspada jika saat mengonsumsi susu sapi, anak justru mengalami reaksi seperti sering muntah, kembung, bahkan kolik atau menangis tanpa henti.

Gejala tersebut bisa menjadi tanda adanya alergi pada anak.

Hal ini disampaikan oleh Dokter Anak Konsultan Alergi Imunologi, Prof. Dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A(K) M.Kes.

“Alergi pada susu muncul di saluran cerna, biasanya anak jadi diare, muntah, kembung kemudian kolik."

Demikian kata Budi, pada peringatan World Alergi Week yang diselenggarakan Morinaga, di Jakarta, Selasa (11/7/2023).

Jika terlambat dideteksi, alergi pada anak akan menimbulkan kondisi gawat darurat, bahkan bisa menganggu pertumbuhan anak.

Baca juga: Intoleransi Laktosa dan Alergi Susu Sapi, Apa Bedanya?

Perhatikan perbedaan gejala ringan dan berat

Penanganan pada alergi dilakukan dengan tata laksana yang berbeda.

Oleh karena itu, Budi menganjurkan para orangtua untuk mengenali gejala yang muncul.

Gejala alergi susu sapi pada anak dibedakan menjadi dua jenis, yaitu gejala ringan dan berat.

“Dikatakan ringan sedang kalau ada satu atau lebih gejala seperti gumoh, muntah, diare, konstipasi, tidak BAB beberapa hari setelah minum susu sapi,” ujar Budi.

Selain itu, gejala ringan pada alergi juga seringkali memunculkan gejala seperti, terdapat darah pada tinja, anak terlihat pucat, muncul masalah kulit seperti eksim, bengkak pada mata, batuk, pilek hingga kolik.

“Kolik yang paling sering dikeluhkan oleh ibu-ibu muda, anak bisa menangis tidak berhenti sampai tiga jam. Biasanya nangis kalau sudah dikasih susu,” lanjutnya.

Sedangkan pada kasus alergi yang berat muncul beberapa gejala seperti, anemia atau kekurangan darah, peradangan di kulit, bahkan yang terparah adalah anfilaksis.

Anafilaksis adalah reaksi alergi berat dan terjadi secara tiba-tiba setelah tubuh terpapar pemicu alergi.

Kondisi ini merupakan kondisi medis darurat karena dapat menyumbat saluran pernapasan bahkan jatuh ke kondisi syok.

Baca juga: Dear Bunda, Pahami Pentingnya Stimulasi bagi Perkembangan Anak

Astrid Tiar, Prod. Dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A dan Dewi Angraeni dalam acara World Allergy Day(KOMPAS.com/NIKEN MONICA) Astrid Tiar, Prod. Dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A dan Dewi Angraeni dalam acara World Allergy Day

Berisiko mengganggu tumbuh kembang anak

Agar tumbuh kembang anak bisa maksimal, dibutuhkan asupan nutrisi dan juga hormon pertumbuhan.

Hormon pertumbuhan akan bekerja dengan baik apabila anak memiliki kualitas tidur yang baik, yaitu delapan jam dalam satu hari.

Gejala pada alergi seperti eksim, pilek, batuk, dapat membuat kualitas tidur anak menjadi berkurang.

“Kalau lagi tidur, eksimnya kambuh, gatal, dia bangun lagi jadi tidak maksimal tidurnya,” kata Budi. 

Selain itu, Budi juga menyampaikan, alergi juga dapat membuat berat badan anak menjadi terganggu.

“Meskipun makannya banyak itu tidak akan naik timbangannya. Tapi setelah diobati alerginya, biasanya akan naik timbangannya,” lanjut dia.

Baca juga: 5 Makanan Sehat untuk Menambah Berat Badan Anak

Penanganan alergi pada anak

Data dari dunia mencatat, sekitar 1,9-4,9 persen anak mengalami alergi susu sapi.

Dan protein susu sapi merupakan makanan penyebab alergi terbesar kedua setelah telur di negara asia.

Oleh karena itu, para orangtua disarankan untuk lebih memerhatikan reaksi yang timbul ketika anak mengonsumsi susu sapi.

Jika sudah timbul gejala alergi, Budi menyarankan para orangtua untuk melakukan penanganan, yaitu, seperti:

  • Menghindari pemberian susu sapi dan produk turunannya kepada anak.
  • Mengganti susu sapi dengan ASI atau susu formula asam amino, maupun susu kedelai.
  • Jika anak diberikan ASI, maka ibu harus menghindari makanan dan minuman yang mengandung protein susu.
  • Selalu memerhatikan label pada produk olahan, menghindari makanan yang mengandung susu sapi.

Selain itu, Budi juga menyarankan agar para orangtua berkonsultasi dengan dokter terkait alergi yang dialami.

“Konsultasikan ke dokter, baru kita lakukan tata laksana optimal, sehingga tumbuh kembang anak tidak akan terganggu dengan alergi,” kata dia.

Baca juga: Alergi Susu Sapi Berisiko Sebabkan Stunting pada Anak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com