Uraikan lika-liku Anda mengasuh anak jadi lebih simpel
Kenali soal gaya asuh lebih apik lewat konsultasi Kompas.com
Oleh: Chintya Romansa, Nadine Christina Ivanka, dan Debora Basaria*
BANYAK sekali saat ini kita menemukan fenomena remaja cenderung bersikap apatis dengan hal-hal yang harus ia kerjakan sehari-hari, misalnya menyelesaikan tugas akademiknya.
Bahkan, mereka cenderung apatis alias tidak peduli dengan hal-hal yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
Padahal periode remaja merupakan momen penting bagi individu berkontribusi secara nyata untuk kepentingan diri sendiri, keluarga serta masyarakat.
Periode remaja merupakan usia seorang individu belajar mengenali dirinya, baik kelebihan maupun kekurangan dan merupakan periode pembentukan kepribadian.
Kepribadian yang diharapkan adalah remaja memiliki karakter yang baik termasuk adanya sikap peduli.
Oleh karena itu, sangat penting pendampingan kepada remaja dalam periode pencarian identitas diri. Keluarga adalah pihak pertama yang bisa merasakan perilaku apatis tersebut.
Istilah apatis adalah berasal dari bahasa Yunani “pathos” yang artinya gairah atau emosi. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menerjemahkan istilah apatis adalah acuh tak acuh, tidak peduli, dan masa bodoh.
Menurut Kamus Psikologi, apatis adalah kondisi kejiwaan seseorang yang ditandai dengan perasaan ketidaktertarikan, ketidakpedulian, dan ketidakpekaan terhadap kehidupan sosial, emosional, dan fisik.
Selain itu, apatis menurut Fritz Solmitz, adalah suatu ketidakpedulian individu disebabkan karena tidak mempunyai minat khusus terhadap aspek-aspek tertentu, seperti aspek fisik, emosional, serta kehidupan sosial.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.