Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CEO Adidas Bjørn Gulden: Kami Tak Akan Jual Sepatu Yeezy "Tanpa Merek"

Kompas.com - 09/08/2023, 10:00 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

KOMPAS.com - CEO Adidas, Bjørn Gulden dengan tegas membantah kemungkinan merek pakaian olahraga tersebut menjual produk Yeezy tanpa menyematkan branding tersebut, di masa depan.

Tak lama setelah Adidas mengonfirmasi akan berpisah dengan Kanye West pada November tahun lalu, Gulden sempat menyebutkan, desain Yeezy akan tetap dijual.

Kala itu dia mengatakan, peluncuran perdana akan dimulai pada tahun 2023 ini.

Selanjutnya, seperti yang diberitakan sebelumnya, setelah sempat terkendala, Adidas dan Kanye West -yang kini memakai nama Ye- mencapai kesepakatan.

Baca juga: Adidas Pastikan Jual Sneaker Yeezy Mangkrak Senilai Rp 15 Triliun

Kedua pihak setuju untuk menjual produk Yeezy yang tersisa, dan menyumbangkan sebagian hasilnya untuk amal.

Kini setelah nyaris satu tahun berlalu dari pernyataan pertamanya, Gulden memandang menjual produk Yeezy tanpa branding  "bukanlah sebuah alternatif".

Retail Dive melaporkan, Gulden menegaskan tidak ada lagi masa depan antara Adidas dan Yeezy. 

Dalam wawancara per telepon Gulden berkata, "Produk Yeezy adalah sesuatu yang Ye ciptakan, dia adalah penemunya dan kami telah menjadi mitranya."

"Mengambil desainnya dan menjualnya nanti, yang secara teknis dan legal dapat kami lakukan, bukanlah bagian dari strategi kami."

Baca juga: Adidas Kembali Gandeng Ye demi Jual Sneaker Yeezy yang Menumpuk

Deretan koleksi sepatu Yeezy di sebuah gerai Adidas di Chicago, Illinois, AS, pada Februari 2023.  AFP/SCOTT OLSON Deretan koleksi sepatu Yeezy di sebuah gerai Adidas di Chicago, Illinois, AS, pada Februari 2023.

"Tugas kami sekarang adalah membatasi kerusakan akibat berakhirnya kerjasama ini, menyingkirkan inventaris, menggunakan hasilnya untuk kebaikan, lalu membangun bisnis ke depan tanpa Yeezy," tegas dia.

Para eksekutif di Adidas mengatakan, penjualan pertama produk Yeezy tahun ini menyumbang pemasukan sebesar 441 juta dollar AS atau kira-kira Rp 6,7 triliun.

Tak hanya itu, penjualan tersebut membuat Adidas mampu mengeluarkan 20 persen inventaris Yeezy yang menumpuk di gudang.

Gulden menegaskan, perusahaan akan terus menjual Yeezy yang tersisa secara bertahap.

Namun, dia pun mengatakan, Adidas tidak membuat asumsi apa pun tentang bagaimana penjualannya.

Baca juga: Sepatu Yeezy Menumpuk di Gudang, Adidas Bingung Pilih Opsi

"Ketidakpastian pada setiap penurunan ini sangat besar, dan kami tidak ingin membuat orang mengira bahwa kami melakukan penjualan dan meraup keuntungan," sebut mantan pesepakbola Norwegia ini.

Sejauh ini, angka penjualan Adidas di Amerika Utara memang mengalami penurunan sebesar 16 persen.

Para eksekutif di perusahaan itu mengakui, jika Adidas tidak menjual inventaris Yeezy maka kondisinya bisa menjadi lebih buruk.

"Tetapi, kami juga melihat marjin laba kotor di bisnis inti kami meningkat pesat dibandingkan dengan kuartal pertama."

"Laba operasional sebesar 176 juta Euro atau kira-kira Rp 2,9 triliun -jauh lebih tinggi dari rencana awal kami."

"Penjualan bagian pertama dari inventaris Yeezy tentu saja membantu laba dan rugi kami di kuartal ini," kata sumber tersebut.

Baca juga: Adidas Merugi Triliunan di Awal 2023 Akibat Produksi Yeezy Dihentikan

Diberitakan sebelumnya, pada kuartal pertama tahun ini, Adidas mengalami kerugian sebesar 400 juta Euro atau nyaris mencapai Rp 6,7 triliun, karena tidak menjual stok Yeezy yang menumpuk di gudang. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com