Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kualitas Udara Buruk, Amankah Olahraga Lari di Luar?

Kompas.com - 11/08/2023, 09:37 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Aktivitas lari merupakan kegiatan favorit untuk berolahraga di luar ruangan. Meski begitu, pelari yang tinggal di Kota Jakarta dan sekitarnya kini menghadapi bahaya besar berupa polusi udara.

Kualitas udara di wilayah Jakarta dan sekitarnya terus memburuk belakangan ini. Indeks Kualitas Udara (AQI) Jakarta mencapai 165 dan berada pada peringkat ketiga kota dengan polusi udara terburuk di Indonesia.

AQI memberikan peringkat kualitas udara dengan warna yang berbeda pada masing-masing kategori. Warna hijau dengan nilai 0-50 memiliki rating paling baik dengan kadar polusi udara paling rendah.

Sementara itu warna kuning menunjukkan skala moderat, warna oranye dengan nilai 101-150 dengan kategori tidak sehat, warna merah menunjukkan tidak sehat untuk kelompok sensitif dan tidak disarankan berlari di luar ruangan, serta yang paling buruk adalah warna ungu dengan AQI 201-300.

Baca juga: Kualitas Udara Jakarta Pagi Ini Tidak Sehat, Terburuk Kedua di Dunia

Secara umum, paling baik berolahraga di dalam ruangan jika AQI berwarna oranye atau lebih buruk, dengan nilai di atas 100.

Untuk orang yang rentan, termasuk wanita hamil, penderita asma, kondisi paru-paru atau jantung, dan manula, disarankan berolahraga di dalam ruangan saat kualitas udara sedang ( dengan AQI 51 hingga 100).

Taman Jogging Summarecon Kelapa Gading yang asyik dan asri pada Senin (10/7/2023) siang.KOMPAS.com/BAHARUDIN AL FARISI Taman Jogging Summarecon Kelapa Gading yang asyik dan asri pada Senin (10/7/2023) siang.

Bukan rahasia lagi bahwa polusi udara berdampak signifikan pada kesehatan, tetapi sebenarnya lebih memengaruhi jika kita berolahraga. Sebab, kita menghirup lebih banyak udara dan sistem pernapasan kita dipaksa bekerja lebih keras.

Menurut Asosiasi Paru Amerika, partikel polusi dapat memperburuk masalah jantung atau paru-paru yang ada, dan menyebabkan kematian dini.

Paparan jangka panjang terhadap kadar ozon yang berbahaya dapat menyebabkan infeksi pernapasan seperti pneumonia, asma, gangguan metabolisme, kerusakan sistem saraf pusat, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).

Jika kualitas udara berwarna kuning atau jingga, disarankan untuk berolahraga dengan hati-hati. Dengan menurunkan intensitas olahraga, misalnya, Anda akan mengurangi polutan yang dihirup.

Ini mungkin berarti berjalan cepat alih-alih berlari untuk mendapatkan target langkah harian.

Baca juga: Jalan Kaki 4.000 Langkah Saja Sudah Cukup untuk Memperpanjang Usia

Tips dari pelari

Belum adanya aksi dari pemerintah yang secara nyata memperbaiki kualitas udara di kota besar membuat para pelari memilih cara-cara yang bisa dilakukan untuk menyiasati kondisi ini.

Zaiful Bahri dari komunitas lari MetaRun misalnya, memilih berolahraga lari lebih pagi dari biasanya dengan asumsi kondisi polusinya belum terlalu parah.

"Kan bisa dicek di aplikasi, kapan bagus, kapan jelek tingkat polusinya. Beberapa teman pelari juga jam 5 pagi sudah start lagi, ketimbang di siang hari akan lebih parah polusinya," kata Zaiful.

Ia menambahkan, jika tak mau terkena polusi, untuk saat ini memang bisa memilih berlari di treadmill. Namun, Zahri mengatakan terpaksa tetap berlatih di luar ruangan karena sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti Berlin Marathon.

"Mau enggak mau harus tetap latihan karena ada program persiapan untuk event lari," ujarnya.

Baca juga: Begini Pola Makan Tepat bagi Pelari Maraton, Tidak Perlu Diet

Menurutnya, walau kualitas udara kurang bagus namun tidak disarankan menggunakan masker saat berlari karena saat berlari pernapasan kita harus tetap bebas sehingga terhindar dari risiko sesak.

Hal senada diungkapkan oleh Zeddy Jonathan yang memilih berlari pagi-pagi sekali.

"Karena kita di Jakarta, nunggu kualitas udara bagus kayanya enggak mungkin. Jadi kita harus tetap berolahraga tapi di jam lebih awal,"kata pendiri perusahaan manajemen lomba lari, Irace Indonesia itu.

Dia menyebut, Irace sudah membuat berbagai event lari yang selalu diikuti banyak peserta.

"Pesertanya selalu achieved target. Karena concern kami dengan kegiatan-kegiatan lari itu sebenarnya menciptakan masyarakat yang lebih peduli pada kesehatan termasuk kesehatan udaranya," ujarnya.

Zeddy mengatakan, pelari juga bisa memilih rute lari yang tidak di pusat kota yang tingkat polusinya lebih rendah, misalnya saja di sekitar kampus Universitas Indonesia Depok, hutan kota Cibubur, dan sebagainya.

Baca juga: Event Lari Bukan Ajang FOMO, Awas Risiko Cedera hingga Berakibat Fatal

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com